"Roket tersebut menghantam sebuah lapangan sepak bola di Kota Druze, Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel, saat sesi latihan sepak bola sedang berlangsung..."
Yerusalem (ANTARA) - Kabinet keamanan Israel berkumpul pada Minggu (28/7) malam untuk membahas langkah-langkah pembalasan terhadap Hizbullah menyusul serangan roket pada Sabtu (27/7) yang menewaskan 12 anak muda di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel, menurut para pejabat Israel, terlepas dari seruan internasional untuk mencegah eskalasi regional lebih lanjut.

Menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan tersebut, para menteri kabinet telah memberikan wewenang kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant "untuk memutuskan cara merespons Hizbullah, dan pengaturan waktunya." Pernyataan tersebut tidak menjelaskan bagaimana Israel akan menanggapi serangan tersebut.

Sebelumnya pada hari itu, Netanyahu mengadakan penilaian keamanan dengan para pejabat keamanan tertinggi di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, demikian dipaparkan oleh kantor sang presiden dalam pernyataannya. Dia meninjau opsi potensial untuk membalas Hizbullah, kelompok bersenjata Lebanon yang dianggap bertanggung jawab atas serangan roket tersebut.
 
   


Hizbullah, yang terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon sejak 7 Oktober tahun lalu, membantah keterlibatannya dalam serangan itu.   

Kementerian Luar Negeri Israel merilis pernyataan yang mengecam serangan itu sebagai "pelanggaran semua garis merah oleh Hizbullah" dan mendesak masyarakat internasional untuk menegakkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1701, yang menyerukan pelucutan senjata Hizbullah, guna mencegah perang skala penuh.

Roket tersebut menghantam sebuah lapangan sepak bola di Kota Druze, Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel, saat sesi latihan sepak bola sedang berlangsung.

Sejumlah pejabat senior Israel memperingatkan bahwa respons negara itu dapat menyebabkan konflik intensif dengan Hizbullah selama "beberapa hari," menurut laporan saluran televisi milik pemerintah Israel, Kan TV.

Menyusul penilaian situasi di Komando Utara dengan Komandan Uri Gordin, Galant mengumumkan bahwa pihak militer telah diinstruksikan untuk bersiap menghadapi setiap perkembangan potensial dan untuk mempertahankan "kesiapan penuh."
 
 

 Kementerian Luar Negeri Israel merilis pernyataan yang mengecam serangan itu sebagai "pelanggaran semua garis merah oleh Hizbullah" dan mendesak masyarakat internasional untuk menegakkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1701, yang menyerukan pelucutan senjata Hizbullah, guna mencegah perang skala penuh.   

Saluran TV Israel menyiarkan gambar ribuan pelayat di upacara pemakaman para korban, menandai serangan paling mematikan terhadap pihak Israel sejak pecahnya konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung.

Kepala militer Herzi Halevi mengunjungi lapangan sepak bola di Majdal Shams itu pada Sabtu malam dan bertemu dengan Shaykh Mowafaq Tarif, pemimpin komunitas Druze. Halevi mengidentifikasi roket itu sebagai Falaq-1 dengan hulu ledak berbobot 53 kilogram, dan mengaitkannya dengan Hizbullah. "Siapa pun yang meluncurkan roket semacam itu ke daerah padat penduduk berniat membunuh warga sipil, berniat membunuh anak-anak," katanya.

Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) merilis sebuah peta yang menunjukkan rute peluncuran roket dari Lebanon ke Majdal Shams dan membandingkan pecahan roket yang ditemukan di lokasi tersebut dengan Falaq-1 milik Iran.
 
   Saluran TV Israel menyiarkan gambar ribuan pelayat di upacara pemakaman para korban, menandai serangan paling mematikan terhadap pihak Israel sejak pecahnya konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung


"Ini sangat sulit. Seluruh kota ini sudah seperti satu keluarga besar,"ujar Arin Awidat, seorang warga Majdal Shams, kepada saluran berita Channel 12 TV. "Saya takut pergi bekerja dan meninggalkan anak-anak saya di rumah, tetapi kami tidak pernah membayangkan bahwa bencana semacam itu akan menimpa kami," tuturnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam sebuah pernyataan dari Istana Elysee, menegaskan kembali komitmen Prancis untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah. Yordania dan Mesir juga mengeluarkan peringatan tentang potensi perang regional, sementara Iran memperingatkan Israel agar tidak memulai "petualangan baru." 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024