"Olahraga menembak yang relatif monoton terasa membosankan bagi Xie, yang membuatnya beberapa kali "melarikan diri" dari latihan....
Chateaurou (ANTARA) - Setelah menyabet medali emas di nomor air pistol 10 meter putra di Olimpiade Paris 2024, Xie Yu akhirnya dapat sedikit lega.

Tampil di Olimpiade pertamanya, atlet berusia 24 tahun itu menghadapi tekanan yang sangat besar. Dia finis di urutan keenam dalam babak kualifikasi pada Sabtu (27/7) dan harus melewati malam yang melelahkan sebelum final.

Tidak seperti Olimpiade sebelumnya, ketika final dimainkan pada hari yang sama dengan kualifikasi, jadwal Olimpiade Paris menempatkan final pada hari berikutnya, yang menambah rasa gugup dan stres.

"Tadi malam sangatlah berat. Saya sangat gugup sampai tidak bisa tidur. Saya tidak tahu berapa jam saya tidur, tetapi rasanya seperti baru saja tertidur ketika alarm berbunyi," tutur Xie.
 
   


Pada final hari Minggu (28/7), Xie berada di peringkat ketiga dalam sebagian besar rangkaian kompetisi, tertinggal dari atlet menembak Italia Federico Nilo Maldini dan Paolo Monna. Baru pada seri kelima di babak eliminasi dia memanfaatkan kesempatan yang muncul setelah lawan-lawannya dari Italia menorehkan dua tembakan dengan skor di bawah 10 poin, dan menggeser mereka untuk mencapai posisi pertama.

Dia mempertahankan momentumnya, unggul 0,4 poin sebelum tembakan terakhir, dan tetap tenang untuk mencetak 10 poin, sementara Maldini hanya berhasil mencetak 9,5 poin.   

Xie menggunakan kata "nakal" untuk menggambarkan dirinya saat masih muda. "Waktu kecil, saya ingin lebih banyak bermain daripada berlatih. Saya berhasil masuk tim provinsi namun beberapa kali tersingkir. Baru pada seleksi nasional untuk Olimpiade Tokyo 2020 saya kembali bersemangat. Setelah itu, saya berlatih dengan serius di setiap sesi hingga terpilih untuk Olimpiade Paris," jelas Xie.

"Saya rasa penampilan saya stabil hari ini. Saya sempat gugup, tetapi saya tidak panik. Saya berhasil tetap tenang," ujar Xie tentang penampilannya.

"Saya memberi diri saya isyarat mental yang sangat sederhana, 'fokus pada satu tembakan'," imbuhnya.

Medali emas ini merupakan medali pertama bagi China dalam 16 tahun terakhir di nomor air pistol 10 meter putra sejak kemenangan Pang Wei di Olimpiade Beijing 2008.

"Meraih medali emas Olimpiade adalah impian terbesar saya," kata Xie sembari tersenyum lebar. "Bisa berdiri di atas podium sangat berarti bagi saya."

Xie mulai menekuni olahraga menembak di kelas enam setelah seorang teman pamannya, yang merupakan pelatih menembak, menyadari potensinya. Saat remaja, masa ketika orang biasanya aktif dan penuh semangat, olahraga menembak yang relatif monoton terasa membosankan bagi Xie, yang membuatnya beberapa kali "melarikan diri" dari latihan.
 
  


Sebelum datang ke Paris, debutan Olimpiade ini memiliki pengalaman terbatas dalam kompetisi internasional. Dibandingkan dengan atlet menembak berprestasi seperti Christian Reitz dan Damir Mikec, dia jelas merupakan kuda hitam di final.

"Saya tidak terlalu memikirkan kemenangan," tutur Xie, yang baru mulai berkompetisi di ajang global pada 2023.

"Menjelang Olimpiade, kecemasan dan ketegangan selalu muncul. Jadi setiap hari, saya harus melakukan 'cuci otak' sederhana, mengatakan pada diri sendiri untuk rileks dan tidak terlalu tegang. 'Ini Olimpiade pertamamu; mengapa menaruh harapan yang begitu tinggi untuk dirimu sendiri? Tampillah seperti biasa,'" ungkapnya.

Kini sebagai seorang juara Olimpiade, Xie belum merencanakan perayaan dan hanya punya sedikit waktu untuk melakukannya sebelum nomor berikutnya, yang akan memulai babak kualifikasi pada Senin (29/7) pagi waktu setempat.

"Saya pikir fokus pada pertandingan selanjutnya adalah pilihan yang tepat," katanya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024