Pangkalan Kerinci (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet meminta para mahasiswa menjunjung tinggi integritas di tengah peningkatan pemanfaatan artificial intelligence (AI) dalam dunia pendidikan saat ini.

Imbauan ini disampaikan Bamsoet saat mengenalkan Empat Pilar MPR RI dalam kegiatan Tanoto Scholars Gathering 2024, yang diadakan di Pangkalan Kerinci, Riau, Senin.

Dosen aktif dari empat perguruan tinggi itu menilai kehadiran AI sepatutnya memperluas jangkauan pengetahuan, bukan justru menjadikan peserta didik kehilangan jati diri sebagai pencari ilmu.

"Daripada menghalangi kemajuan AI, dunia pendidikan kita justru harus adaptif. AI bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran, hingga manajemen pendidikan," kata dia dalam pertemuan yang dilaksanakan secara virtual dari ruang kerja Ketua MPR RI, Jakarta.

Mengacu data Grand View Research, Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan bahwa pasar teknologi AI di dunia pendidikan meningkat dari 36,37 juta dolar AS pada 2020, menjadi 2,5 miliar dolar AS pada 2022.

Ia mengaku maraknya penggunaan AI itu membuatnya kerap kerja keras dalam mengoreksi berbagai tugas maupun disertasi para mahasiswanya.

Baca juga: AI antara alat bantu dan ancaman

"Karena harus bisa membedakan mana yang tugasnya dikerjakan oleh AI mana yang dikerjakan oleh kemampuan mahasiswa sendiri," kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini juga menekankan orientasi pendidikan mahasiswa tidak boleh hanya fokus pada kecerdasan akademik, melainkan juga harus memiliki karakter.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemahaman terhadap wawasan kebangsaan juga perlu ditanamkan bersamaan dengan sikap berpikir kritis, analitis, kreatif, dan imajinatif, kata dia.

Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia itu menerangkan urgensi penanaman wawasan kebangsaan semakin penting, mengingat banyak hasil survei mengindikasikan melemahnya penghargaan generasi muda terhadap nilai-nilai luhur bangsa.

Survei CSIS pada 2017 menemukan sekitar 9,5 persen generasi milenial setuju mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain.

Pada 2018, survei LSI menemukan fakta bahwa hanya 6,2 persen siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi wawasan kebangsaan.

Hasil survei Komunitas Pancasila Muda pada 2020 mencatat masih ada sekitar 19,5 persen responden yang merasa tidak yakin bahwa nilai-nilai Pancasila penting atau relevan bagi kehidupan mereka.

Tahun 2022, hasil survey Litbang Kompas dan Pusat Studi Kebangsaan Indonesia melaporkan hanya 28,6 persen siswa yang memahami Pancasila di ruang kelas, sementara 2,7 persen siswa memahaminya dari media sosial.

"Berbagai hasil survei tersebut menjadi gambaran betapa Pancasila semakin terpinggirkan dari diskursus kebangsaan generasi muda bangsa," ungkap Bamsoet.

Kegiatan Tanoto Scholars Gathering 2024 dihadiri CEO Tanoto Foundation Benny Lee, Country Head Tanoto Foundation Indonesia Inge Kusuma, Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation Indonesia Michael Susanto, serta Head of Strategic and Impact Communication Tanoto Foundation Indonesia Deviani Wulandari.

Tanoto Scholars Gathering 2024 melibatkan 195 mahasiswa dari mitra universitas negeri di Indonesia, yang digandeng untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan serta pola pikir terhadap konsep keberlanjutan.

Baca juga: KPTIK ingatkan potensi penyalahgunaan AI pada tindak pidana terorisme

Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024