Daya tarik di Kintamani sudah tersedia dan memiliki peluang besar untuk dikemas lebih lanjut menjadi wisata narasi
Bangli, Bali (ANTARA) - Pemerintah dan pelaku pariwisata melakukan promosi dengan beragam cara dan media. Pameran dengan menampilkan objek wisata tertentu di sejumlah tempat di dalam dan luar negeri termasuk kiat yang sering ditempuh oleh Pemerintah dan pelaku pariwisata.

Cara konvensional tersebut cenderung menyasar kalangan terbatas terutama dalam urusan bisnis, yakni sesama pelaku usaha atau pemangku kepentingan.

Namun, kini, seiring canggihnya teknologi, banyak cara dilakukan untuk promosi wisata, mulai melalui media sosial hingga strategi mengemas narasi atau cerita suatu destinasi wisata.

Kiat promosi tersebut dinilai jitu karena dapat menampilkan konten banyak objek wisata dan langsung mengena kepada wisatawan individual termasuk mereka yang mendapat literasi wisata berbasis cerita atau narasi melalui kanal media sosial.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) cara promosi wisata itu dikenal dengan konsep storynomics tourism atau mengenalkan destinasi wisata berbasis cerita atau narasi.

Storynomics melakukan pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan menggunakan kekuatan budaya untuk mengenalkan suatu destinasi.

Dengan cerita yang menarik maka hal itu dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung dan menikmati keindahan wisata secara langsung.

Konsep itu kali pertama dikenalkan oleh penulis Robert McKee dan Tom Gerace melalui bukunya bertajuk Storynomics, Story-driven Marketing in the Post advertising World pada 2018.

Penceritaan objek tertentu dapat mendorong pemasaran dan potensi ekonomi termasuk di antaranya objek wisata.

Arsip foto - Lanskap pemandangan Danau Batur dan Gunung Abang diamati dari Desa Penelokan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Rabu (17/7/2024) ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Menuangkan cerita

Penulis buku Dewi “Dee” Lestari mengungkapkan untuk menyusun cerita menarik dari sebuah destinasi wisata, perlu menerapkan tiga hal pokok.

Pertama, menuangkan cerita atau narasi soal informasi umum suatu destinasi wisata.

Level dasar itu menjabarkan sejumlah fakta di lapangan, namun informasi-informasi itu dinilai belum menggerakkan imajinasi.

Kedua, narasi atau cerita yang membangkitkan pancaindra, misalnya, menarasikan sebuah destinasi wisata dengan keunikannya yang dirasakan langsung melalui pancaindra pengunjung.

Ketiga, yakni dengan mengangkat narasi terkait cerita masyarakat setempat dari suatu tujuan wisata itu yang diharapkan menggerakkan atau membangkitkan emosi orang yang menyimak atau wisatawan.

Tahapan tersebut kemudian dirangkum menjadi satu bagian narasi atau cerita yang dapat menggerakkan destinasi wisata.

Salah satu contoh storynomics yang terkenal bahkan sudah diangkat di layar lebar yakni kisah anjing Hachiko di Jepang yang dibintangi aktor senior Hollywood Richard Gere.

Cerita anjing setia terhadap tuannya itu membawa haru sehingga menarik minat banyak orang khususnya wisatawan untuk mengunjungi Tokyo, Jepang, yang sudah diabadikan menjadi monumen berupa patung Hachiko di Shibuya.

Arsip foto - Wisatawan menikmati pemandangan Black Lava atau hamparan bebatuan hitam bekas letusan Gunung Batur di Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Jumat (19/7/2024) ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Wisata narasi Kintamani

Memahami konsep wisata narasi atau cerita itu pun dapat diaplikasikan untuk mengangkat dan mengembangkan potensi wisata di Tanah Air, salah satunya Bali.

Dengan didukung akses transportasi, fasilitas, hingga atraksi yang lengkap, menjadikan Pulau Dewata itu sebagai barometer pariwisata Indonesia.

Salah satu tujuan wisata yang kini marak dikunjungi adalah Kintamani, Kabupaten Bangli, yang berjarak sekitar 60--65 kilometer arah timur laut pusat Kota Denpasar yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan darat.

Destinasi wisata berhawa sejuk itu kerap wara-wiri di media sosial sehingga menjadi viral khususnya setelah pandemi COVID-19, dengan munculnya banyak kedai kopi yang banyak diminati wisatawan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bangli I Ketut Mardjana menyebutkan ada beragam potensi wisata yang bisa digali di wilayah yang berada di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut itu dan dikemas menjadi cerita untuk diberikan kepada wisatawan.

Misalnya, Kintamani dengan keunikan alam Geopark Batur, wisata Toya Bungkah/Toya devasya (pemandian air hangat) kemudian sejarah, legenda salah satu kerajaan Bali Kuno yakni Kerajaan Balingkang dengan Raja Jayapangus yang memerintah sekitar abad ke-12 dan masyarakat Bali Aga atau Bali asli di Desa Trunyan, Bangli.

Perpaduan budaya Bali dan Tionghoa juga terukir abadi di Pura Dalem Balingkang sebagai penghormatan atas kisah cinta raja dari Dinasti Warmadewa itu yang mempersunting putri dari China yakni Putri Kang Cing Wie.

Arsip foto - Wisatawan menikmati air panas alami dengan pemandangan Gunung Abang di Toya Bungkah, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Jumat (19/7/2024) ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Geopark Batur

Geopark Batur merupakan geopark pertama di Indonesia yang ditetapkan sebagai taman bumi global (UGG) oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2012.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, taman bumi itu berupa kaldera yang unik karena memiliki beberapa kaldera di dalamnya.

Di dalam kaldera pertama, terbentuk kaldera kedua yang berbentuk melingkar dan di tengah kaldera itu adalah Gunung Batur dengan ketinggian 1.717 meter. Di dalam kaldera tersebut juga terdapat Danau Batur.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Gunung Batur mengalami 26 kali letusan dari tahun 1804 hingga 2000 dan letusan besar terjadi pada 1888, 1921, dan 1926.

Sementara, Balai Wilayah Sungai Bali-Penida melalui situs Penyelamatan Danau Prioritas Nasional mencatat Danau Batur memiliki luas perairan 16,09 kilometer persegi pada 2022 dengan kedalaman air mencapai sekitar 73 meter.

Pengunjung dapat menyaksikan langsung bekas-bekas letusan besar pada 1926, di antaranya ladang lava hitam yang terhampar di sekeliling gunung berapi aktif itu.

Wisatawan pun dapat menikmati mentari pagi dengan gugusan pegunungan dan merasakan lebih dekat hamparan bekas aliran lava itu dengan cara mendaki. Bisa pula menikmati wisata petualangan dengan menumpangi kendaraan khusus dengan sensasi medan terjal dan berliku (off road) yang disewakan para pelaku wisata setempat.

Pemandu wisata petualangan kaldera Batur (Kaja) Putu Merta mengungkapkan praktik di lapangan secara tidak langsung ia sudah menjelaskan cerita dan kisah kepada wisatawan.

Selain menjelaskan ladang lava, ia juga memberikan kisah penduduk setempat yang relokasi di wilayah lebih tinggi di Desa Batur karena terdampak letusan Gunung Batur pada 1926.

Saat ini, sebagian wilayah di sekitar gunung itu memiliki kondisi kering, sebagian lainnya memiliki kondisi tanah yang subur sehingga cocok ditanami sayur termasuk bawang.

Lelah berwisata mengelilingi kaldera Batur, wisatawan dapat merasakan sensasi air hangat alami sambil menikmati pemandangan Gunung Abang dan Danau Batur.

Ada juga wisata pasir hitam, Pura Jati di pinggir Danau Batur dan hutan pinus sebagai pilihan lain daya tarik wisata di Kintamani.

Daya tarik di Kintamani sudah tersedia dan memiliki peluang besar untuk dikemas lebih lanjut menjadi wisata narasi.

Tantangannya adalah mengemasnya dengan perspektif yang lebih segar dan menarik, baik teks maupun audio visual.

Meski begitu, wisata cerita atau narasi itu bukan soal laku atau tidak laku. Lebih dari itu, kiat penceritaan objek wisata ini dapat melekat dan bertahan di hati masyarakat dan wisatawan.

Selain itu, perlu juga memikirkan jangka panjang atas setiap strategi promosi pariwisata itu agar alam Bali dan Kintamani tetap berkelanjutan.

Editor: Achmad Zaenal M


 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024