Klaten, Jawa Tengah (ANTARA) - Bagi produsen air minum dalam kemasan (AMDK), menjaga kemurnian air bukan hanya tentang kualitas produk, tetapi juga tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Menghadapi tantangan ini, AQUA, salah satu produsen AMDK, berkomitmen untuk menjaga kemurnian air dari hulu hingga hilir melalui berbagai upaya yang inovatif dan berkelanjutan.
Air yang berkualitas adalah kebutuhan mendasar bagi setiap individu. Sebab, air yang tidak bersih bisa menjadi sumber penyakit dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Hal itu menjadi tantangan terbesar bagi produsen AMDK untuk memastikan setiap tetes air yang dikemas tetap murni dan aman dikonsumsi.
Namun, menjaga kemurnian air tidak hanya tentang mengolah air dengan baik, tetapi juga tentang melindungi sumber air itu sendiri. Sumber air yang tidak terlindungi dapat menghasilkan air berkualitas buruk.
Baca juga: KLHK siap paparkan peran hutan bagi pemenuhan air di World Water Forum
AQUA memahami betul pentingnya hal ini dan berkomitmen untuk menata pengelolaan sumber daya air secara holistik dan bertanggung jawab dari hulu hingga hilir.
Di Klaten, Jawa Tengah, AQUA memiliki pabrik produksi AMDK yang memanfaatkan sumber air bawah permukaan yang berasal dari kaki Gunung Merapi. Sumber air ini berada pada kedalaman 60 hingga 140 meter dari akuifer terlindungi.
Air tersebut melalui proses penyaringan secara alami lewat berlapis-lapis bebatuan yang mengandung mineral alami. Air ini berbeda dengan air permukaan yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat.
ANTARA baru-baru ini berkesempatan melihat langsung proses konservasi air yang dilakukan AQUA, mulai dari hulu yang berada di kawasan kaki Gunung Merapi, Tamansari, Boyolali, hingga ke hilir yang terletak di wilayah Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.
AQUA berkolaborasi dengan Pusur Institute dalam melestarikan sumber daya air di Sub-DAS Pusur melalui pendekatan terintegrasi dari hulu, tengah, hingga hilir.
Sub-DAS Pusur, juga dikenal sebagai Sungai Pusur, merupakan anak sungai Bengawan Solo yang membentang sepanjang 36,8 km, melintasi tiga kabupaten (Boyolali, Klaten, dan Sukoharjo), enam kecamatan, dan 49 desa.
Upaya konservasi di Sub-DAS Pusur sangat penting untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya air, memenuhi kebutuhan air di wilayah sepanjang sungai, serta sebagai langkah mitigasi terhadap potensi bencana alam.
Baca juga: Ecolab bantu wujudkan masa depan kualitas air yang lebih baik
Baca juga: Merawat Bumi, tanah, dan air ala Kung Fu Panda
Konservasi hulu ke hilir
Di wilayah hulu, tepatnya di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, AQUA mendukung pengembangan Kecamatan Tamansari sebagai model kawasan berkelanjutan.
Inisiatif ini mencakup berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada aspek sosial dan lingkungan. Salah satu program unggulan adalah budidaya kopi dan anggrek.
Di Desa Mriyan, program budidaya Kopi Gumuk telah berjalan sejak tahun 2017. AQUA, dengan komitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal, menyediakan bibit kopi berkualitas, pelatihan budidaya, serta perlengkapan untuk Kedai Kopi Gumuk.
Kedai kopi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat penjualan kopi hasil produksi lokal, tetapi juga menjadi pusat aktivitas sosial di desa tersebut.
Budidaya kopi ini memiliki dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan. Pohon-pohon kopi yang ditanam berfungsi sebagai penahan longsor, mengurangi risiko bencana alam yang kerap terjadi di Desa Mriyan.
Dengan akar yang kuat, pohon-pohon kopi membantu menjaga kestabilan tanah dan mencegah erosi, yang pada gilirannya melindungi sumber daya air setempat.
Selain itu, praktik budidaya kopi ini juga mendukung keanekaragaman hayati lokal, karena melibatkan metode pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya.
Sejak tahun 2016, AQUA juga bekerja sama dengan Lembaga Pembinaan Teknologi Pedesaan (LPTP) dan Kelompok Karya Muda Dukuh Gumuk untuk membudidayakan anggrek-anggrek spesies Merapi, termasuk spesies langka seperti Vanda Tricolor.
Program konservasi ini bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati Gunung Merapi sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan pendidikan bagi masyarakat lokal.
Anggrek-anggrek ini dirawat di rumah kaca khusus selama dua tahun untuk memastikan bunga tersebut tumbuh dengan optimal sebelum akhirnya dikembalikan ke habitat aslinya di Taman Nasional Gunung Merapi.
Baca juga: China tegaskan komitmen ke negara kepulauan soal konservasi air
Konservasi anggrek juga berdampak positif terhadap ekosistem. Pohon-pohon yang menjadi inang bagi anggrek-anggrek ini membantu meningkatkan resapan air ke dalam tanah, menjaga kualitas air, dan mendukung keseimbangan ekosistem.
Ketua Kelompok Konservasi Anggrek Merapi Joko Susanto mengatakan pihaknya juga menerapkan sistem adopsi anggrek dalam upaya mengembalikan anggrek ke habitat aslinya. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk menyelamatkan anggrek, tetapi juga menanamkan nilai pentingnya menjaga lingkungan.
"Sekarang ini kita sudah melakukan kegiatan-kegiatan seperti adopsi anggrek konservasi tanaman asli Merapi. Saat ini sudah ada 15 sampai 20 adopter. Harga per adopter itu Rp700 ribu, dan perkembangan anggrek akan diupdate kepada para adopter melalui WhatsApp," kata Joko.
Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraini menjelaskan bahwa AQUA menggunakan pendekatan pertanian regeneratif yang bertujuan untuk menjaga kualitas air agar tidak terkontaminasi, meningkatkan resapan air, melindungi kualitas air, mengurangi risiko bencana, hingga melestarikan keanekaragaman hayati.
Dia mengatakan semua inisiatif ini dilakukan dengan pendekatan masyarakat, dengan harapan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dari masyarakat itu sendiri.
"Ketika masyarakat merasa memiliki, mengerti tujuannya apa, manfaatnya untuk mereka ada, maka harapannya dengan atau tanpa kita, masyarakat sudah bisa melanjutkan inisiatif yang sudah dimulai, dan otomatis keberlanjutannya akan lebih terjaga," kata dia.
Di kawasan tengah, AQUA mendirikan Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI) di Klaten. Taman ini, yang memiliki luas 4,6 hektar, adalah kawasan lindung dengan lebih dari 200 spesies tanaman.
Taman KEHATI berfungsi sebagai penyangga ekosistem Sub-DAS Pusur yang melindungi keanekaragaman hayati dan menjadi situs edukasi serta rekreasi. Dengan adanya taman ini, AQUA memastikan sumber air tetap terlindungi dan terjaga kualitasnya.
Baca juga: KLHK: Hari Air Terjun Internasional momentum jaga air terjun lestari
Baca juga: KLHK sebut perempuan jadi kunci dalam upaya konservasi air
Taman KEHATI terbagi dalam beberapa zona, termasuk zona spesies bambu, anggrek, tanaman keras, dan tanaman herbal. Taman ini memiliki fungsi ekologis yang penting, seperti meningkatkan resapan air, mencegah erosi, dan mendukung keanekaragaman hayati. Taman ini juga menjadi lokasi sumber air AQUA di Klaten.
Adapun di kawasan hilir, AQUA mendukung para petani dalam menerapkan metode budidaya padi sehat dan hortikultura sebagai upaya mengurangi pencemaran air yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
Melalui program ini, AQUA, dengan menggandeng Yayasan Gita Pertiwi, memberikan pendampingan intensif kepada petani, mulai dari tahap penanaman hingga pemasaran hasil panen.
Dengan metode pertanian sehat ini, kualitas air di sekitar area pertanian bisa tetap terjaga, sehingga ekosistem air dapat tetap berfungsi secara optimal.
Budidaya padi sehat tidak hanya mengurangi dampak negatif pada lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.
Salah seorang petani, Giarti, mengatakan hasil panen beras yang menggunakan pupuk nabati memiliki kualitas dan nilai jual yang lebih tinggi dibanding beras yang dihasilkan dengan pupuk kimia.
"Kita memakai pupuk nabati dan pestisida nabati itu keunggulannya beras atau nasi itu lebih tahan lama daripada yang pakai kimia. Misalnya kita masak tidak kita panasi, sampai dua hari dua malam itu tidak basi. kalau yang pakai kimia itu satu malam saja sudah basi ... Untuk harga yang pakai nabati lebih mahal selisihnya Rp2.000 per kg dibanding yang kimia," kata Giarti.
Program hortikultura juga memberikan variasi tanaman yang lebih beragam, sehingga mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman dan meningkatkan ketahanan pangan.
AQUA juga bekerja sama dengan Forum Relawan Irigasi (FRI) untuk mengelola jaringan irigasi. Melalui program "Revitalisasi Jogo Toya Kamulyan".
Program ini mengelola jaringan irigasi secara swadaya di wilayah hilir yang mencakup 300 hektar (53 persen) dari total 569 hektar di tujuh desa di Kecamatan Juwiring.
Program "Revitalisasi Jogo Toya Kamulyan" memiliki beberapa tujuan utama, seperti membantu petani dalam irigasi lahan pertanian, mengatasi kelangkaan air, mengendalikan banjir, menjaga kebersihan air sungai, dan mendukung perekonomian masyarakat setempat.
"Tidak semua air itu sama, dan proses pengelolaannya, mulai dari sumber hingga dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat, sangat penting," ujar Ratih.
Keseluruhan upaya yang dilakukan oleh AQUA dalam menjaga kemurnian air dari hulu hingga hilir menggambarkan dedikasi perusahaan terhadap pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Dari konservasi sumber air di kaki Gunung Merapi hingga penerapan pertanian sehat di wilayah hilir, AQUA menunjukkan bahwa perlindungan kualitas air dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan beriringan.
Inisiatif ini tidak hanya memastikan kualitas produk yang dihasilkan, tetapi juga memberikan dampak positif yang luas bagi ekosistem dan komunitas lokal. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, AQUA membuktikan bahwa komitmen terhadap lingkungan dapat menjadi kekuatan pendorong terhadap kelestarian air secara berkelanjutan.
Baca juga: PUPR bangun 19 area embung terintegrasi ruang publik di IKN
Baca juga: Pemkab Kulon Progo kembangkan konservasi air pada tiga kecamatan
Baca juga: China catat kemajuan dalam konservasi dan penggunaan sumber daya air
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024