Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah pada Rabu ini menerbitkan Sukuk Negara Ritel seri SR006 bernilai Rp19,32 triliun lebih yang akan jatuh tempo pada 5 Maret 2017, untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2014.
Keterangan tertulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang diterima di Jakarta, Rabu, menyebutkan setelah setelmen (penyelesaian transaksi) Sukuk Negara Ritel pada Rabu ini, obligasi syariah itu akan dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Maret 2014.
Setelah masa penawaran SR006 sejak 14-28 Februari 2014, pemerintah melakukan penjatahan pada 3 Maret 2014.
Sampai dengan penutupan masa penawaran, total pemesanan yang masuk melalui 28 agen penjual sebesar Rp19,35 triliun lebih. Dari jumlah tersebut pemerintah menetapkan pemesanan pembelian SR006 yang mendapatkan penjatahan sebesar Rp19,32 triliun lebih.
Penetapan hasil penjualan tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan yaitu sesuai target pembiayaan APBN dan strategi pengelolaan utang tahun 2014, profil surat berharga negara (SBN) yang akan jatuh tempo pada 2017, dan memberikan ruang untuk penerbitan jenis instrumen SBN lainnya.
Nominal penerbitan SR006 tepatnya sebesar Rp19.323.345.000.000 dengan tingkat imbalan 8,75 persen per tahun, pembayaran imbalan dilakukan tiap tanggal 5, dapat diperdagangkan, akad yang digunakan "ijarah asset to be leased".
Jumlah investor SR006 mencapai 34.692 investor yang tersebar di DKI Jakarta sebanyak 35,05 persen (volume pemesanan 39,83 persen), Indonesia Bagian Barat selain DKI Jakarta 57,15 persen dengan volume pemesanan 50,67 persen, Indonesia Bagian Tengah 7,12 persen dengan volume pemesanan 8,82 persen, dan Indonesia Bagian Timur 0,68 persen dengan volume pemesanan 0,68 persen.
Total penerbitan SR006 merupakan penerbitan Sukuk Negara Ritel terbesar selama ini yang menunjukkan potensi perluasan basis investor SBN domestik dan peningkatan efisiensi penempatan dana masyarakat.
Sebaran investor SR006 berdasar kelompok profesi terdiri dari PNS 7,82 persen dengan volume pembelian 3,76 persen, pegawai swasta 27,41 persen dengan volume pembelian 27,37 persen, ibu rumah tangga 16,99 persen dengan pembelian 17,31 persen, wiraswasta 22,87 persen dengan pembelian 31,88 persen, TNI/Polri 1,43 persen dengan pembelian 1,11 persen dan lainnya 23,48 persen dengan volume pembelian 18,57 persen.
Sementara berdasar umur investor, terdiri dari kurang dari 25 tahun sebanyak 2,43 persen dengan volume 2,55 persen, 25-40 tahun sebanyak 25,76 persen dengan volume pembelian 22,81 persen, 41-55 tahun sebanyak 35,66 persen dengan pembelian 35,53 persen dan di atas 55 tahun sebanyak 36,15 persen dengan volume pembelian 39,11 persen.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014