Jakarta (ANTARA) -
Multazam Ka'bah merupakan sebuah area penting di Masjidil Haram yang menjadi pusat perhatian banyak jemaah haji dan umrah.

Multazam terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah, Multazam merupakan tempat yang penuh makna dan berkah dalam tradisi Islam.

Secara bahasa, “Multazam” berasal dari kata "lazim" yang berarti "melekat/menempel". Dalam konteks ini, Multazam merujuk pada area di mana dinding Ka'bah tampak menempel dengan bagian yang lebih rendah dari pintu Ka'bah.
 
Tempat ini diyakini memiliki keutamaan dan menjadi lokasi yang dianjurkan untuk berdoa, karena banyak jamaah percaya bahwa doa yang dipanjatkan di sini lebih mudah diterima.

Setiap jamaah berusaha mencapai tempat yang mustajab tersebut, dengan berdoa secara khusyuk. Mereka bersimpuh, memohon ampunan, dan mengajukan berbagai harapan kepada Allah SWT.

Selain berdoa di Multazam, jamaah juga berlomba menggapai pintu Ka'bah. Mereka memeluk rumah Allah SWT sambil meminta dan berdoa untuk keberkahan dunia dan akhirat.
 
Dalam Multazam, Rasulullah SAW bersabda, “Antara rukun Hajar Aswad dan pintu Ka’bah terdapat Multazam. Tidak seorang pun hamba Allah SWT yang berdoa di tempat ini, kecuali dikabulkan doanya,”
 
Karena keistimewaannya, Rasulullah SAW pernah mendekapkan wajah dan dadanya di Multazam sambil berdoa. Kisah tersebut tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah.
 
Rasulullah SAW juga pernah memanjatkan doa khusus di Multazam, ”Ya Allah yang memelihara Al Bait al Atieq (Ka’bah) merdekakanlah kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari belenggu api neraka Wahai Yang Mahamurah, Yang Mahamulia, Yang Mahautama, Yang Maha Pengarunia, Yang Maha Pemberi Kebakan. Ya Allah jadikanlah segala urusan kami mendatangkan kebajikan, jauh dari segala kehinaan dunia dan siksa akhirat,”
 
”Ya Allah, aku ini hamba-Mu dan anak hamba-mu yang sedang berdiri di bawah rumah-mu di Multazam, aku menghadap dan bersimpuh di hadapan-Mu. Aku mengharapkan rahmat-Mu, takut akan siksa-Mu, wahai Pemberi Kebajikan,".
 
"Ya Allah aku memohon kepada-Mu terimalah zikir-ku (pada-Mu), hilangkanlah dosa-dosaku, lancarkanlah urusanku sucikanlah hatiku, sinarilah kuburku, ampunilah dosaku dan aku mohon pada-Mu berikanlah derajat tinggi di surga,” (HR Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali).
 
Lalu doa apa yang disunnahkan saat sedang melakukan Multazam?
 
Sebenarnya tidak ada riwayat tentang doa khusus di Multazam. Namun, Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar, juz 1, hal 195, menyebutkan doa yang disunnahkan untuk dibaca ketika berada di Multazam yaitu:
 
 
اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَكَ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَكَ أَحْمَدُكَ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَم أَعْلَمْ وَعَلَى جَمِيْعَ نِعَمِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَعَلَى كُلِّ حَالٍ اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ اللهم أَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَأَعِذْنِيْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَقَنَعْنِيْ بِمَا رَزَقْتَنِيْ وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ اللهم اجْعَلْنِيْ مِنْ أَكْرَمِ وَفْدِكَ عَلَيْكَ وَأَلْزِمْنِيْ سَبِيْلَ الْلإِسْتِقَامَةِ حَتَّى أَلْقَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Allâhumma lakal hamdu hamdan yuwâfî ni‘amaka wa yukâfi‘u mazîdaka. Ahmaduka bi jamî’i mahâmidika mâ ‘alimtu minhâ wa mâ lam a‘lam wa alâ jamî’i ni‘amika, mâ ‘alimtu minhâ wa mâ lam a’lam wa alâ kulli hâl. Allâhumma shalli ala Muhammadin wa ala âli Muhammadin. Allâhumma a‘idznâ minasy syaithânir rajîm wa a‘idzni min kulli sû` wa qann‘ni bi mâ razaqtanî wa bârik lî fîhi. Allâhummaj ‘alnî min akrami wafdika ‘alaika wa alzimnî sabîlal istiqâmati hattâ alqâka yâ Rabbal âlamîn.

Artinya, “Ya Allah, bagi-Mu pujian, (dengan) pujian yang meliputi seluruh anugerahmu. Aku bersyukur pada-Mu atas segala macam pemberian-Mu, baik yang kuketahui ataupun yang tidak kuketahui, dan atas segala nikmat-Mu, baik yang kuketahui ataupun yang tidak kuketahui, dan atas segalanya. Ya Allah, sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah, lindungi aku dari setan yang terkutuk, lindungi pula aku dari segala kejelekan, cukupi aku dengan segala yang Kauberikan kepadaku, dan berkahi aku dalam rezeki tersebut. Ya Allah, jadikan aku sebagai tebusan yang terbaik terhadap-Mu, dan tetapkan aku pada jalan yang istiqamah hingga aku kelak bertemu dengan-Mu, wahai Tuhan semesta alam.
 
Sebagai informasi tambahan, Multazam tidak memiliki batasan waktu khusus, sehingga jemaah bisa mengunjungi dan berdoa di tempat ini kapan saja selama berada di Masjidil Haram.
 
Namun, penting bagi para jemaah untuk menjaga adab dan etika selama berada di Multazam agar tidak mengganggu ibadah jemaah lainnya.
 
Dengan memahami arti dan keutamaan Multazam, diharapkan jemaah dapat memanfaatkan momen mereka di Masjidil Haram dengan lebih maksimal, serta memperoleh manfaat spiritual yang mendalam selama pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
 

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024