Pasar sedang mencermati isu-isu terkait Pemilu
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat 10 poin menjadi Rp11.587 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.597 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan mata uang dolar AS kembali mengalami koreksi terhadap rupiah setelah gejolak di Ukraina mulai mereda sehingga mengikis tingkat permintaan untuk aset safe haven.
"Aksi hindar terhadap pasar berisiko cenderung mulai mereda menyusul gejolak geopolitik di Ukraina yang membaik, meski demikian pelaku pasar masih mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi," kata dia.
Ia menambahkan pelaku pasar juga patut mewaspadai aksi spekulatif di pasar, apalagi mata uang Garuda ini telah terapresiasi cukup signifikan sepanjang tahun ini.
Sementara itu, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto mengatakan secara fundamental mata uang rupiah masih dalam tren penguatan terhadap dolar AS, apalagi Bank Indonesia mempertimbangkan kisaran rupiah berada di level Rp11.000-an per dolar AS.
Ia menambahkan kebijakan pemerintah yang memberlakukan aturan larangan ekspor bahan baku mineral juga diperkirakan berdampak positif bagi rupiah untuk jangka panjang.
"Untuk jangka pendek-menengah memang dirasakan kurang baik karena menurunkan ekspor, tetapi untuk jangka panjang diproyeksikan positif," katanya.
Ia memperkirakan bahwa dalam jangka pendek-menengah ini pergerakan rupiah di pasar uang domestik masih terbatas dikarenakan pelaku pasar juga sedang mengambil posisi wait and see mengantisipasi hasil Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden.
"Pasar sedang mencermati isu-isu terkait Pemilu," ucapnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014