Pangkalan Kerinci (ANTARA) - Tanoto Foundation, organisasi filantropi di bidang pendidikan, telah melatih 195 pemuda untuk menjadi pemimpin masa depan yang berkontribusi menyebarkan pola pikir keberlanjutan bagi masyarakat.

"Banyak yang melihat keberlanjutan adalah sebuah biaya tambahan di dalam bisnis. Padahal keberlanjutan merupakan kesempatan untuk berbuat baik kepada komunitas, kepada lingkungan. Nantinya, kebaikan itu bisa berlanjut ke bisnis," kata CEO Tanoto Foundation Benny Lee di Pangkalan Kerinci, Riau, Minggu.

Generasi muda tanah air akan menjadi agen perubahan yang berperan penting mewujudkan Indonesia Emas 2045. Namun, visi Indonesia itu tidak didukung data yang memuaskan saat ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia 15-24 tahun yang tidak bekerja, tidak pergi ke sekolah, maupun tidak sedang mengikuti kursus atau dikenal sebagai "youth not in education, employment, and training" (NEET).

Persentase NEET di Indonesia mencapai 22,25 persen dari total penduduk usia 15-24 tahun secara nasional.

Merespon fenomena itu, Tanoto Foundation kemudian melatih generasi muda dengan menyisipkan nilai-nilai keberlanjutan, melalui program beasiswa Transformasi Edukasi untuk melahirkan Pemimpin Masa Depan (TELADAN).

TELADAN diikuti para mahasiswa dari 10 universitas mitra Tanoto Foundation, yakni IPB University, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas, Institut Teknologi Bandung, Universitas Riau, serta Tanoto Scholars dari Singapura.

Benny Lee menjelaskan pembelajaran tentang keberlanjutan juga dihadirkan dalam kegiatan Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2024 di Pangkalan Kerinci, Riau, yang difokuskan untuk edukasi praktik industri yang berkelanjutan.

PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), lini bisnis bagian dari Group RGE, menjadi salah satu perusahaan di Pangkalan Kerinci, yang turut menerapkan keberlanjutan dalam proses bisnisnya.

"Banyak yang berfikir industri dan bisnis tidak bisa disandingkan dengan "sustainability". Itu salah, industri di Pangkalan Kerinci ini buktinya bisa," kata Chief Operating Officer RAPP Eduward Ginting.

Perusahaan produsen serat itu sedang berproses memenuhi 90 persen kebutuhan energi pada pabrik, dari sumber-sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan.

RAPP juga memastikan tidak ada area konservasi dan restorasi yang hilang dalam penerapan bisnisnya.

Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024