"Saya merasa senang karena saat ini saya berdiri di depan anda semua tidak sebagai pemimpin yang bangsanya terpecah dan berada di ujung kehancuran, melainkan bangsa yang segar kembali dan percaya diri," kata Presiden Yudhoyono ketika memberi kuliah uOslo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungannya di Oslo, Rabu, banyak ditanyai soal peluangnya mendapatkan hadiah nobel perdamaian yang pemenangnya akan diumumkan di Oslo, Norwegia pada 13 Oktober 2006 pukul 11.00 waktu setempat atau pukul 16.00 WIB oleh Komite Nobel. Pertanyaan-pertanyaan seputar peluangnya itu timbul saat jumpa pers yang dilakukannya bersama Perdana Menteri (PM) Norwegia Jens Stoltenberg serta dalam kesempatan memberikan kuliah umum di gedung Nobel Institute Oslo. Seorang wartawan Norwegia dalam jumpa pers itu menanyakan apa rencananya Yudhoyono yang dinominasikan untuk memenangi nobel perdamaian tahun ini, Presiden menjawab, saat ini fokusnya sebenarnya lebih kepada bagaimana menjaga proses damai di Aceh terus berjalan. Menurut dia, proses damai di Aceh merupakan ujian dan pekerjaan yang harus diselesaikan dengan konsentrasi penuh karena setelah perdamaian di provinsi itu tercapai ia masih harus meningkatkan upaya pembangunan kembali ekonomi dan kondisi sosial di provinsi yang dihantam tsunami pada akhir 2004. Seorang wartawan Norwegia lainnya menanyakan jika Yudhoyono mendapat nobel perdamaian apakah ia akan berbagi dengan pihak mantan separatis yang beberapa waktu lalu akhirnya bersedia bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan damai. Wartawan tersebut mengatakan, Komite Nobel biasanya memberikan penghargaan tidak sepihak jika itu menyangkut konflik yang melibatkan pihak lain. Terhadap pertanyaan tersebut, Presiden mengatakan bahwa penghargaan seharusnya diberikan kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan dalam mengakhiri konflik yang sebelumnya berjalan selama 30 tahun di Aceh. Sementara itu ketika menjawab pertanyaan usai memberikan kuliah umum di Nobel Institute, Yudhoyono mengatakan dirinya bersama semua pimpinan bangsa di dunia berkewajiban menjaga tegaknya demokrasi dan terciptanya perdamaian. Sebelumnya Presiden di forum tersebut memberikan kuliah umum dengan tema memajukan perdamaian serta penyelesaian konflik di Indonesia yang sedang berubah. Dalam materi kuliahnya itu, Yudhoyono memaparkan tentang bagaimana Indonesia berhasil dan berusaha bangkit dari keterpurukan di tengah-tengah berbagai konflik yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. "Saya merasa senang karena saat ini saya berdiri di depan anda semua tidak sebagai pemimpin yang bangsanya terpecah dan berada di ujung kehancuran, melainkan bangsa yang segar kembali dan percaya diri," katanya. Kuliah yang diikuti oleh puluhan anggota Nobel Institute yang kebanyakan berlatar belakang anggota parlemen dan partai-partai politik itu berjalan dinamis. Presiden cukup banyak mendapatkan pertanyaan baik seputar pencalonannya sebagai penerima nobel maupun masalah lainnya. Masalah lain yang ditanyakan oleh peserta kuliah adalah seputar pilkada di Aceh, penyelesaian masalah di Papua, pengamanan Selat Malaka, peran Indonesia bagi perdamaian di Semenanjung Korea serta pelajaran apa yang bisa ditarik oleh PM Thailand Thaksin Shinawatra dari Indonesia untuk menyelesaikan masalah kecenderungan separatisme di Thailand Selatan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006