Jangan sampai inovasi teknologi pertanian hanya berkembang di Jawa dan Bali, saudara-saudara kita di Indonesia Timur belum memasifkan itu
Tabanan (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) dalam Rembug Utama dan Expo Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Nasional meminta agar inovasi teknologi pertanian juga tersebar ke seluruh Indonesia terutama bagian timur.

“KTNA sudah tahu berbagai inovasi teknologi, dan pengalaman petani begitu hebat, bahkan petani milenial tidak asing lagi dengan 'smart farming', tinggal bagaimana memasifkan di seluruh tanah air,” kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan Dedi Nursyamsi.

“Jangan sampai inovasi teknologi pertanian hanya berkembang di Jawa dan Bali, saudara-saudara kita di Indonesia Timur belum memasifkan itu,” sambung Dedy Nursamsy di Tabanan, Bali, Minggu.

Menurut Dedi, KTNA adalah penyangga pangan Indonesia sehingga inovasi teknologi pertanian yang sudah dipahami petani harus dibagikan agar produksi pangan merata di seluruh wilayah.

Saat ini yang menjadi kekhawatiran Kementan adalah turunnya produksi beras di awal 2024, dimana penurunan juga sebenarnya sudah terjadi sejak 2023 berlangsungnya El Nino yaitu dari total produksi beras 31 juta ton lebih 2022 menjadi 30,2 juta ton di pengujung 2023.

Baca juga: Mentan optimistis Indonesia swasembada pangan di tiga tahun ke depan

Baca juga: Kementan: Pendistribusian 70 ribu unit pompa air tuntas September


“BPS sudah mengeluarkan rilis produksi beras Januari sampai April 2024 dan ternyata turun 17 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, kalau defisit beras berlangsung lama itu berbahaya,” ujar Dedi.

Menurut dia, ketika bukan menggencarkan inovasi teknologi pertanian atau hanya dengan cara impor beras belum tentu pangan Indonesia tercukupi.

Hal itu sebab negara-negara pengekspor seperti Myanmar dan Vietnam sedang menahan produk mereka untuk memastikan warga negaranya sendiri terjamin.

Untuk itu Kementan mengajak KTNA swasembada dengan menggenjot produksi pertanian dan akan tercapai apabila petani dan nelayan turun langsung, apalagi saat ini terdapat perani milenial yang akan menjadi andalan di masa kini dan masa depan.

“Tidak ada NKRI yang kita cintai ini tanpa pangan, artinya pangan di Indonesia tidak boleh terganggu kalau kita masih cinta dengan Indonesia, tidak ada pangan tanpa pertanian, dan tidak ada pertanian tanpa petani dan nelayan,” tutur Dedi.

Baca juga: Wamentan: Gebyar Perbenihan 2024 untuk mencapai swasembada pangan

Baca juga: Kementan dukung swasta dalam pendampingan koperasi sapi perah Sleman

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024