SIL adalah sekolah pertama yang berdiri di UI yang setara dengan fakultas lain di UI
Jakarta (ANTARA) - Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) berkolaborasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders) mengupayakan lingkungan yang lestari di tengah dinamika krisis dan isu lingkungan yang terus berlangsung.

"Delapan tahun memang usia yang masih muda sebagai sebuah sekolah, namun saya percaya perjalanan panjang dan jumlah alumni yang tersebar di seluruh Indonesia akan menjadi modal bagi SIL UI untuk menjadikan lingkungan menjadi lebih baik melalui kolaborasi dan sinergi untuk menghasilkan Indonesia yang berkelanjutan," ujar Direktur SIL UI, Tri Edhi Budhi Soesilo dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu.

Pernyataan Tri Edhi tersebut disampaikan dalam sambutannya pada puncak perayaan Dies Natalis ke-8 SIL UI bertema “Menginspirasi Perubahan: 8 Tahun Berkarya untuk Lingkungan Berkelanjutan” di Kampus UI Salemba, Jakarta, Sabtu (27/7/2024).

Budhi mengatakan SIL UI berdiri pada 1 Juli 2016 setelah sebelumnya bernama Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia sejak 1982. Peningkatan status program studi menjadi SIL dilakukan pada masa Rektor UI Prof Muhammad Anies.

“SIL adalah sekolah pertama yang berdiri di UI yang setara dengan fakultas lain di UI,” ujar Budhi.

Prof Haryoto Kusnoputranto, Ketua Komite SIL UI, dalam sambutannya menambahkan bahwa SIL selalu berkomitmen menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdedikasi yang perlu dievaluasi oleh komite pengawas.

Baca juga: Dekan FEB UI: Pemanfaatan AI harus beretika dan bertanggung jawab

"Komite Sekolah bertugas memberikan masukan pada Rektor mengenai kinerja pimpinan sekolah,” ujarnya.

Plt Direktur Administrasi, Data dan Produk Riset dan Inovasi UI, Suminto mengatakan peran dari SIL UI semakin penting dalam mendukung kualitas pendidikan, terkhusus dalam menghadapi isu perubahan lingkungan. Apalagi pengelolaan lingkungan pada dasarnya identik dengan pengelolaan aktivitas manusia.

"Keberadaan SIL telah menjadi kekuatan dalam mendorong peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat menjadi pilar dalam mewujudkan ekosistem yang menunjukkan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan,” katanya.

Emil Salim, salah seorang pendiri dari SIL UI, dalam pernyataan melalui video di hadapan audiens, mengatakan kompleksitas dan komprehensifitas kurikulum yang diajarkan di dalam SIL UI menghadapi tantangan perubahan global termasuk isu-isu lingkungan yang kompleks. Interlinkage antara ilmu mikro dan ilmu makro menjadi bobot dari pelajaran di SIL UI.

"Perubahan kondisi lingkungan global yang awalnya berlaku pada era 1950-an 1960-an dan 1970-an sudah tidak berlaku dalam tahun selanjutnya, maka sifat pendidikan yang kita berikan pada SIL pada jenjang postgraduate adalah cara berpikir dinamis,” ujarnya.

Dies Natalis ke-8 SIL UI diisi dengan serangkaian acara, termasuk Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional, enviromental talk, podcast, fun games, serta berbagai anugerah dan penghargaan bagi segenap civitas akademika yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan khususnya menekankan pada kolaborasi stakeholders di bidang lingkungan.

Dalam rangkaian perayaan Dies Natalis ke-8, SIL UI juga memberikan penghargaan lifetime achievement, yaitu Saguna Ila Lestari SIL Award kepada almarhum Setyo Sarwanto Mursidik, guru besar Fakultas Teknik UI, sekaligus pengajar SIL UI. Penghargaan diserahkan kepada istri almarhum oleh Direktur dan Ketua Komite SIL UI.

Baca juga: Dua Startup binaan UI lolos program akselerator NUS GRIP di Singapura

Baca juga: UI dorong peningkatan literasi AI untuk penguatan perempuan

Baca juga: Guru Besar UI: Pencapaian SDGs butuh keseimbangan ekonomi dan ekologi

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024