Jakarta (ANTARA News) - Jepang dikenal sebagai penghasil beragam karakter yang dikenal hingga ke penjuru dunia seperti Hello Kitty dan Doraemon, namun mereka juga memanfaatkan karakter untuk menggalakkan pariwisata daerah setempat.
Hal tersebut dikemukakan Direktur Japan Foundation Jakarta Tadashi Ogawa di pameran Japan: Kingdom of Characters di Galeri Nasional Indonesia, Selasa.
Selain memamerkan karakter populer dari era 1950 hingga terkini, eksibisi kerjasama Japan Foundation bersama Galeri Nasional Indonesia itu turut menampilkan karakter Sentokun yang menjadi maskot prefektur Nara di Jepang.
Ogawa mengemukakan peranan maskot seperti Sentokun berdampak positif bagi pesatnya perkembangan pariwisata di berbagai daerah Jepang. Tiap maskot dibuat dalam karakter imut khas Jepang yang melambangkan ciri khas tiap daerah. Sentokun, misalnya, memiliki tanduk kijang karena
Nara dikenal sebagai daerah yang punya banyak kijang. "Pemerintah daerah memang menggalakkan strategi karakter untuk mempopulerkan pariwisata kota atau prefektur baik di Jepang maupun ke kancah internasional," kata Ogawa.
Ini merupakah salah satu bentuk kedekatan masyarakat Jepang dengan karakter. Tidak hanya dalam bentuk hiburan seperti komik dan animasi, tetapi juga maskot-maskot yang dibuat pemerintah daerah, lanjutnya.
"Pemerintah daerah di Jepang masing-masing berlomba-lomba untuk membuat karakter yang terkenal seperti Sentokun," ungkapnya.
Berbagai area di Jepang yang sudah memiliki maskot berupa karakter lucu dan menggemaskan tersebar di penjuru negeri Sakura itu, mulai dari area Hokkaido, Kanto, Shikoku, Hokuriku, Kansai, Chugoku dan Kyushu.
Karakter bervariasi bentuknya, mulai dari binatang hingga makanan, tergantung potensi daerah masing-masing. Kota Tsukuba di prefektur Ibaraki memiliki karakter burung hantu bernama Tsuku-Tsuku, kota Daisen dari prefektur Tottori memiliki maskot panda bernama Mukipanda, sementara kota Sakaiminato dari prefektur Tottori menggadang-gadang potensi kotanya dengan maskot Kanitaro berbentuk kepiting.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014