Jerusalem (ANTARA News) - Seorang jenderal penting Israel mengundurkan diri Rabu, menjadi pejabat pertama yang mundur karena perang Libanon, dan meningkatkan seruan pada sejumlah pemimpin lagi untuk melakukan hal sama karena konflik yang gagal mencapai tujuan utamanya itu.
Mayor Jenderal Udi Adam, yang memimpin komando utara Israel dalam perang 34 hari itu, telah mengajukan pengunduran dirinya kepada kepala staf tentara Dan Halutz ketika badai kecaman mengenai perang itu tampak akan berlanjut ke bulan kedua.
"Kepala staf telah menerima permintaan Adam dan ia (Adam) akan digantikan sesuai dengan prosedur IDF (Pasukan Pertahanan Israel)," kata tentara.
Perang itu telah menyebabkan 162 warga Israel tewas dan gagal mencapai tujuan utamanya untuk mendapatkan kembali dua tentara Israel yang ditangkap oleh gerilyawan Hizbullah dalam satu serangan pada 12 Juli dan menghentikan rangkaian serangan roket oleh gerilyawan Syiah Libanon itu.
Israel dikecam keras di luar negeri karena penggunaan pasukannya yang menghancurkan di Libanon, tempat lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dan ribuan sasaran rumah serta infrastruktur dibom.
Konflik tersebut telah minta biaya Israel lebih kurang 5,7 miliar dolar tapi gagal mengurangi kemampuan milisi Hizbullah untuk membom bagian utara negara itu, atau menjamin pembebasan dua tentara tersebut.
"Kepala staf hendaknya mengambil contoh Jenderal Adam. Ia telah mengaku pada pemerintah bahwa tentara tidak siap untuk perang dan ia harus bertanggungjawab," kata Menteri Infrastruktur Nasional Benjamin Ben Eliezer.
Laporan-laporan media setempat menyatakan Adam mundur karena perbedaan (pendapat) dengan Halutz mengenai kepemimpinan serangan satu bulan lamanya terhadap Hizbullah, yang berakhir berdasarkan gencatan senjata yang diperantarai-PBB 14 Agustus itu.
Amihai Ayalon, seorang anggota penting partai Buruh yang beraliran kiri-tengah, mengatakan, pemimpin partainya yang Menteri Pertahanan Amir Peretz -- yang secara luas dicerca karena penanganannya atas perang itu --hendaknya juga mengikuti contoh Adam.
Amram Mitzna, bekas kepala komando utara, bekas pemimpin partai Buruh dan bekas walikota kota metropolitan Haifa di Israel utara yang dibom oleh serangan Hizbullah dalam perang itu, juga minta Halutz mundur.
"Pengunduran diri Adam tak terelakkan. Itu hanyalah awal. Kepala staf tidak dapat tetap dalam jabatannya. Ia tidak lagi mendapat kepercayaan para komandan regional, perwira dan tentara," katanya pada radio publik yang dilansir AFP.
Tentara cadangan dan anggota masyarakat telah acapkali minta Halutz, Perdana Menteri Ehud Olmert dan Peretz untuk mundur di tengah kemarahan karena ketidakinginan pemerintah pada komisi penyelidikan independen skala-penuh terhadap perang itu.
Satu laporan sementara mengenai agresi itu, yang disusun oleh satu sub-komisi parlemen, menuduh pemerintah gagal dalam apa saja yang berkaitan dengan perawatan dan perlindungan warga sipil di Israel utara.
Laporan itu menyimpulkan bahwa pada masa depan, skenario bahkan akan lebih buruk dan memperingatkan bahwa Israel harus bersiap menghadapi ancaman rudal pada masa depan dari Suriah dan Iran, yang jauh lebih berat dan hulu ledak tidak konvensional ketimbang roket yang ditembakkan oleh Hizbullah.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006