"Mata uang rupiah melemah tipis pada sore ini setelah mengalami tekanan lebih dalam pada pagi tadi," ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, secara fundamental mata uang rupiah masih dalam tren penguatan terhadap dolar AS, apalagi Bank Indonesia mempertimbangkan kisaran rupiah berada di tingkat Rp11.000-an per dolar AS.
Terkait dengan kebijakan pemerintah yang memberlakukan aturan larangan ekspor bahan baku mineral, Rully mengatakan, dampak bagi rupiah akan positif untuk jangka panjangnya.
"Untuk jangka pendek-menengah memang kurang baik karena menurunkan ekspor, tetapi untuk jangka panjang akan positif," katanya.
Ia menambahkan dalam jangka pendek-menengah ini pergerakan rupiah di pasar uang domestik akan bergerak terbatas dikarenakan pelaku pasar juga sedang mengambil posisi "wait and see" mengantisipasi hasil Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden.
"Pasar uang sedang mencermati isu-isu terkait Pemilu," ucapnya.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen dari eksternal yakni konflik politik di negara Ukraina juga dikhawatirkan oleh pelaku pasar untuk berhati-hati masuk ke dalam mata uang berisiko.
Rully Arya Wisnubroto memperkirakan bahwa pada pekan ini mata uang rupiah akan bergerak di kisaran Rp11.500 - Rp11.850 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini (4/3), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.647 dibanding sebelumnya (3/2) di posisi Rp11.596 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014