Ekosistem mangrove berkontribusi signifikan terhadap perlindungan kawasan pesisir dari bencana terkait iklim, seperti risiko banjir, badai, serta erosi

Jakarta (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Mulawarman melakukan penanaman sekitar 1.000 mangrove di Pulau Derawan, Berau Kalimantan Timur, dalam memperingati Hari Mangrove Sedunia.

Dalam siaran pers YKAN yang diterima ANTARA, di Jakarta, Sabtu, acara bertajuk International Day Mangrove Ecosystem itu digagas Tim Pengelola Mangrove Teluk Semanting yang melibatkan mahasiswa Kelompok Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Gadjah Mada, dan mahasiswa praktik kerja lapangan (PKL) Universitas Mulawarman.

Rangkaian kegiatan ini digelar pada 26-27 Juli 2024 di Kampung Teluk Semanting, Kec. Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Kegiatan yang bertema From Mangrove to the World: Carbon Capture, Emissions Gone, Enhancing Welfare, and Supporting Sustainable Development ini bertujuan untuk menyuarakan kepada khalayak, khususnya generasi muda, akan arti penting keberadaan mangrove bagi ketahanan kawasan dan masyarakat pesisir.

Pada acara itu, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Berau Ida Ayu mengatakan Kabupaten Berau memiliki ekosistem mangrove seluas 86.043 hektare, terluas di Provinsi Kalimantan Timur.

Baca juga: TNI AU-BRGM perkuat ekosistem mangrove cegah abrasi pangkalan pesisir

Menurut dia, ekosistem mangrove berkontribusi signifikan terhadap perlindungan kawasan pesisir dari bencana terkait iklim, seperti risiko banjir, badai, serta erosi.

“Mangrove memiliki arti penting secara ekologis, baik bagi manusia maupun lingkungan. Hutan mangrove juga membantu memitigasi perubahan iklim karena dapat menyerap karbon dalam jumlah besar, bahkan dua hingga empat kali lebih banyak dibandingkan hutan terestrial,” ujar Ida.

Dipilihnya Kampung Teluk Semanting sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan ini dikarenakan terdapatnya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di kampung tersebut sejak 2017.

Melalui Kawasan Ekowisata Teluk Semanting yang diresmikan oleh Bupati Berau pada 2023, upaya konservasi mangrove dapat dikombinasikan dengan pengembangan ekonomi masyarakat setempat berbasis wisata alam yang berkelanjutan.

Sementara Kepala Kampung Teluk Semanting Abdul Gani mengatakan konsep ekowisata mangrove di kampungnya itu tidak hanya bertujuan untuk melindungi dan memulihkan kawasan mangrove, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan wisatawan akan pentingnya ekosistem mangrove.

Baca juga: YKAN rehabilitasi 50 hektare lahan mangrove di OKI

Selain itu, ia menjelaskan mangrove di Kampung Teluk Semanting juga membawa manfaat ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, seperti kelompok UMKM perempuan dan jasa lingkungan.

Senior Manager Ketahanan Kawasan Pesisir YKAN Mariski Nirwan mengungkapkan, meski memiliki kawasan hutan mangrove terbesar di Kalimantan Timur, pada tahun 2019, 13 persen di antaranya atau 11.237 hektare kawasan mangrove di Kabupaten Berau telah dikonversi menjadi lahan untuk tambak.

Akibatnya, menurut dia, kawasan pesisir berpotensi berada dalam ancaman cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim.

Oleh karena itu, YKAN bersama para mitra mendukung perlindungan, pengelolaan secara lestari, dan restorasi ekosistem mangrove melalui pendekatan Nature Based Solutions untuk menangkal perubahan iklim.

“Ekosistem mangrove berpotensi memberikan kontribusi sebesar 6 persen dari target penurunan emisi nasional dari sektor kehutanan pada 2030,” katanya.

Jika konversi kawasan mangrove menjadi lahan tambak terus diperluas, hal ini dapat menimbulkan dampak yang lebih parah, tidak hanya terhadap ekosistem, tetapi juga bagi masyarakat pesisir.

Menurut Mariski, YKAN bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan mitra lainnya, memperkenalkan pendekatan Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE) sejak tahun 2020 dengan lokasi percontohan di Kampung Pegat Batumbuk dan Kampung Tabalar Muara, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, yang merestorasi sekitar 80 persen lahan tambak menjadi kawasan mangrove.

Baca juga: Peneliti: Perlu waktu lama pulihkan cadangan karbon di bekas mangrove
Baca juga: Wamen LHK: Mangrove harus dijaga sebagai benteng pertahanan negara

Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024