Pemkab Bekasi perluas cakupan penerima beasiswa LPDP

ini bisa membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para santri

Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat memperluas cakupan penerima program beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari semula hanya untuk ASN, pegawai non ASN, dan lulusan perguruan tinggi ditambah menjadi santri lulusan pondok pesantren.

Program beasiswa terintegrasi jenjang strata dua dan tiga baik untuk tujuan kampus dalam maupun luar negeri ini merupakan inisiasi LPDP, Tim Ahli ITB, bersama swasta melalui program tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan Kabupaten Bekasi 2024.

"Tadi kita bergembira bukan hanya untuk ASN dan masyarakat umum di perguruan-perguruan tinggi umum. Kita juga akan ada Beasiswa LPDP untuk santri," katanya di Cikarang, Jumat.

Dia mengatakan program beasiswa tambahan para santri ini dibuka mulai jenjang strata 1-3 tanpa ada persyaratan tes berbahasa Inggris guna memudahkan lulusan pondok pesantren mengakses bantuan pendidikan tersebut.

"Kemudahan persyaratan ini bisa membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para santri S1, S2, S3 di dalam maupun di luar negeri," ucapnya.

Program beasiswa LPDP ini juga terbuka bagi 40 mahasantri terpilih maupun tidak lolos berdasarkan seleksi yang sedang menjalani Pendidikan Kader Ulama (PKU) jilid dua berbasis teknologi tahun ini.

"Kebetulan kita dan MUI punya program Pendidikan Kader Ulama, jadi mau kita sinkronkan lulusannya ataupun yang tes PKU tapi tidak lulus, bisa kita tawarkan, anda tidak lulus tes, anda bisa dapat beasiswa," ucapnya.

Persyaratan ini disesuaikan dengan mereka sebagai segmen ulama. Selanjutnya, ada segmen pendampingan beasiswa untuk masyarakat miskin dengan standar akademik yang disesuaikan. Dengan melihat kondisi atau tingkat kemiskinan keluarga.

"Jadi ini motivasi dan semangat yang sangat baik untuk warga Kabupaten Bekasi dan Pemerintah Kabupaten Bekasi siap memfasilitasi," katanya.

Dani menyebutkan jumlah pendaftar program beasiswa LPDP tahap ketiga ini sudah mencapai 63 orang yang dinyatakan lulus administrasi tahun lalu meski hanya 16 orang yang berhasil mendapatkan manfaat pada tes berikutnya.

Ketua Tim Ahli Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Denny Juanda Puradimaja mengatakan ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab pendaftar program ini tidak lulus seleksi hingga tahap akhir.

"Yang pertama karena kurang nilai bahasa Inggris atau TOEFL kemudian saat seleksi penulisan esai," kata dia.