Jakarta, 2 Maret 2014 (ANTARA) - Komitmen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk memberdayakan pulau pulau kecil dan pulau terluar, terus dilakukan. Setelah berhasil menerapkan energi surya di beberapa pulau, kini KKP menyiapkan energi angin dan matahari untuk diterapkan di pulau terluar. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, seusai meninjau implementasi teknologi energi Hibrid dan Ice Maker di Kampung Nelayan, Desa Pandansimo Kabupaten Bantul Provinsi DI Yogyakarta, Minggu (2/3).

KKP melalui Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) bekerja sama LAPAN, RISTEK, dan PEMDA Bantul, untuk pertama kalinya menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga hibrid dengan mensinergikan antara energi angin dan energi matahari yang dibangun di pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta. Melalui program implementasi energi hibrida dan Ice Maker di kampung nelayan, pihak LAPAN dan RISTEK berkontribusi mempersiapkan jaringan listrik hibrida wind energy dan solar cell dengan total kapasitas ± 100 kWh. Pihak Balitbang KP dalam hal ini P3TKP berkewajiban memberikan kontribusi penyediaan Ice Maker dengan kapasitas 500kg/hr dengan low power di bawah 2250 watt. Sedangkan pihak Pemda Bantul mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang seperti infrastruktur bangunan Ice Maker dan akses jalan. “Dengan keberhasilan program di Bantul ini, nantinya KKP akan terapkan program energi angin ini di beberapa pulau terluar,” ujar Sharif.

Sharif menjelaskan, penerapan teknologi terbarukan seperti teknologi hibrid sangat diperlukan di Indonesia. Mengingat luas wilayah dengan sebaran pulau yang sangat banyak, sangat membutuhkan teknologi yang sumbernya tidak jauh dari pulau seperti energi hibrid. Apalagi, banyak manfaat yang dirasakan masyarakat pulau. Di antaranya, sebagai sumber energi untuk pembuatan es, sebagai penunjang perekonomian wisata pantai dan sebagai power untuk sirkulasi air di kolam aquaponik. Energi hibrid juga sebagai sumber penerangan di pantai pandansimo. Bahkan kini dampaknya sudah dirasakan masyarakat nelayan, seperti dapat meningkatkan kualitas ikan hasil tangkapan bagi nelayan dan meningkatkan sumber pendapatan bagi usaha usaha kecil di sekitar lokasi. “Teknologi ini juga mampu mendukung peningkatan hasil budidaya ikan untuk petani tambak serta meningkatkan aktifitas masyarakat disekitar lokasi pantai, seperti pengembangan desa wisata di pantai Pandansimo,” jelasnya.

Melalui program memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna (IPTEKMAS) Balitbang KP, KKP terus melakukan berbagai inovasi untuk mendukung program pengentasan kemiskinan pada masyarakat pesisir dan nelayan. Bahkan sejak tahun 2011 dan tahun 2012 Balibang KP melalui kegiatan IPTEKMAS telah membangun PLTS (Pembangkit listrik tenaga surya) 10 KW serta membangun Kolam Aquaponik sebanyak 30 kolam untuk mendukung budidaya ikan di Yogyakarta. Tahun 2012 , KKP membangun PLTS 2 KW, yang mampu mendukung penambahan produksi Ice Maker sebesar 300 Kg tiap hari. “Dengan penambahan energi hibrid, dalam 1 hari dapat menghasilkan 1000 kg es balok untuk mengawetkan ikan dan berupa es kristal yang digunakan oleh warung – warung sekitar untuk jualan,” tambahnya.

 

Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto

Selain meninjau meninjau Energi Hibrid dan Ice Maker di Kampung Nelayan, Sharif juga meninjau pembangunan Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto di Kabupaten Kulon Progo. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto menelan anggaran sebesar Rp 340,4 milyar. Dari jumlah tersebut KKP mengalokasikan anggaran sebesar Rp 23,15 milyar. Sedangkan Kementerian Pekerjaan Umum menggelontorkan anggaran Rp 234 milyar, Pemkab Kulon Progo melalui DAK sebesar Rp 15,65 milyar serta Pemprov DIY sendiri membantu sebesar Rp 67,47 milyar. Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto direncanakan sejak tahun 2001, sedangkan pembangunan fisik dimulai tahun 2004. Pelabuhan Perikanan yang terletak di desa Karangwuni Wates ini luasnya mencapai 83 Hektar, dibangun dengan konsep modern dan terintegrasi dengan pembangunan fasilitas pendukung seperti pemecah gelombang, kolam parkir, industri pengelolaan ikan, industri pembuatan kapal serta industri alat penangkap ikan. "Pelabuhan Tanjung Adikarto nantinya mampu didarati kapal ikan besar dengan bobot sampai dengan 150 GT," tuturnya.

Sharif menjelaskan, untuk tahun anggaran 2013, KKP  telah mengalokasikan bantuan sebesar Rp 21,23 milyar. Dengan rincian alokasi anggaran Rp 13,64 untuk pekerjaan pengerukan pelabuhan yang akan dilakukan setelah konstruksi breakwater selesai dibangun. Selanjutnya, anggaran sebesar Rp 7,59 milyar digunakan untuk pembangunan gedung serbaguna, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan depot perbekalan. Pelabuhan juga dilengkapi air bersih dari air tanah dan direncanakan pengembangan air bersih PDAM dari Waduk Sermo sepanjang 10 km. Pelabuhan Tanjung Adikarto, memang cukup strategis di mana memiliki aksesibilitas baik dan mudah dijangkau. Pelabuhan juga terhubung dengan kota-kota di Jawa bagian selatan oleh jalur transportasi regional Jawa selatan. “Tahun 2014, KKP mengalokasikan bantuan sebesar Rp 15 milyar,” ujarnya.

Sharif menambahkan, untuk mendukung pembangunan sektor kelautan dan perikanan di provinsi DI Yogyakarta, KKP juga mengucurkan bantuan program sebesar Rp 14,9 miliar.  Di antaranya, untuk bantuan Kapal Inka Mina senilai Rp 4,5 milyar, PUMP Perikanan Tangkap Rp 3,7 milyar serta bantuan PUMP perikanan budidaya sebesar Rp 3,7 miliar. Untuk mendukung pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, KKP juga mengucurkan bantuan senilai Rp 1,8 milyar. Termasuk pembangunan untuk Program Desa Pesisir Tangguh sebesar Rp 895 juta. “Untuk program pembangunan sarana pendidikan nelayan, penyuluhan dan pelatihan nelayan, KKP juga telah menyiapkan bantuan sebesar Rp 1,8 milyar,” tambahnya.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Plt. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811806244)

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014