Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mendorong Korea Selatan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electronic vehicles/EV) di kawasan Asia Tenggara, sebagai salah satu bidang penguatan kerja sama untuk memperingati 35 tahun hubungan ASEAN-Korea.

Pernyataan tersebut disampaikan Retno dalam Pertemuan Menlu ASEAN-Korsel di Vientiane, Laos, Jumat, sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik Kawasan yang disepakati para pemimpin ASEAN Plus Three saat keketuaan Indonesia tahun lalu.

“Untuk menciptakan kawasan yang lebih hijau di masa yang akan datang, penting bagi ASEAN untuk bisa meningkatkan kapasitasnya dalam menggunakan dan menciptakan
teknologi terkini, khususnya kendaraan listrik,” kata dia dalam keterangan tertulis Kemlu RI.

Retno memaparkan bahwa pasar kendaraan listrik di ASEAN terus meningkat, dan nilainya mencapai 1,14 miliar dolar AS (sekitar Rp18,6 triliun) tahun ini.

Pada 2029, pasar untuk kendaraan listrik di Asia Tenggara diproyeksikan meningkat hingga 4,70 miliar dolar AS (sekira Rp76,6 triliun).

Baca juga: Wapres: Pemerintah berkomitmen akselerasi ekosistem kendaraan listrik
Baca juga: RI dan Korsel sepakat kembangkan industri kendaraan listrik


Mengacu pada potensi tersebut, Menlu Retno mendorong ASEAN dan Korsel untuk bekerja sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik antara lain dengan memanfaatkan keunggulan komparatif negara-negara anggota ASEAN serta diversifikasi investasi, khususnya untuk infrastruktur kendaraan listrik.

Kerja sama tersebut juga dapat dilakukan dengan mengembangkan standar teknis, menarik partisipasi sektor swasta, serta menciptakan ekosistem dan rantai pasok kendaraan listrik yang kuat.

Selain penguatan kerja sama kedua pihak, para menlu ASEAN dan Korsel juga membahas ketegangan di Semenanjung Korea.

“Situasi di Semenanjung Korea harus ditanggapi dengan tegas dan bijak, sementara jalur komunikasi dan dialog harus tetap terbuka,” tutur Menlu Retno.

Karena itu, menurut Retno, ASEAN dan Korsel harus jadi yang terdepan untuk terus memajukan pembangunan di kawasan.

Baca juga: Jepang minta Korsel, Korut jaga kestabilan Semenanjung Korea
Baca juga: China harap kelanjutan dialog Korut-Korsel demi cegah konfrontasi


ASEAN dan Korsel juga disebutnya harus meningkatkan komitmennya dalam menciptakan arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif, terutama melalui mekanisme ASEAN, implementasi Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC), serta Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP).

Menlu RI secara khusus mengajak Korsel untuk menegaskan kembali dukungan terhadap isu Palestina, termasuk mendorong gencatan senjata yang permanen dan penyaluran bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.

“Saya berharap Korea Selatan dapat segera mengakui Palestina dan memberikan dukungan terhadap keanggotaan penuh Palestina di PBB,” tutur Retno.

Pertemuan Menlu ASEAN-Korsel di Vientiane turut mempersiapkan peluncuran Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-Korsel, yang akan diresmikan pada KTT ASEAN-Korsel pada Oktober mendatang.

Baca juga: Faksi-faksi Palestina teken deklarasi akhiri perpecahan di Beijing
Baca juga: UEA usulkan misi internasional sementara untuk pemulihan Gaza


 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024