Abdurrahman Ecer (50) memimpin desa Cigli dekat perbatasan Irak di provinsi terpencil Hakkari, kata sumber-sumber itu. Ia adalah anggota Partai AK kubu Perdana Menteri Tayyip Erdogan.
Sumber-sumber itu menyalahkan gerilyawan Partai Buruh Kurdistan (PKK) dengan mengatakan, Ecer ditangkap dengan todongan senapan dan tidak terdengar kabarnya sejak Jumat.
Staf Umum militer mengkonfirmasi penculikan Ecer di situs berita mereka.
Proses perdamaian di Turki macet pada September setelah gerilyawan Kurdi mengumumkan menghentikan penarikan mereka dari wilayah Turki karena pemerintah dianggap gagal melaksanakan reformasi yang dijanjikan.
Kekerasan yang menewaskan dan mencederai sejumlah orang terjadi pada Desember setelah masa tenang beberapa bulan antara pihak berwenang Turki dan PKK, yang mengumumkan gencatan senjata pada Maret 2013 setelah negosiasi rahasia dengan badan intelijen.
Kerusuhan itu disulut oleh tuduhan bahwa pemakaman gerilyawan Kurdi telah dihancurkan, namun pihak berwenang Turki membantahnya.
Pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, mengatakan, insiden itu merupakan provokasi yang bertujuan mengganggu proses perdamaian dan ia meminta masyarakat tenang.
Ocalan yang menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh PKK.
Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.
Ocalan pada Maret 2013 mengumumkan gencatan senjata bersejarah dengan pemerintah Turki. Sebagai bagian dari gencatan senjata itu, PKK setuju menarik sekitar 2.000 gerilyawannya dari Turki ke pangkalan-pangkalan di Irak utara.
Sebagai imbalannya, mereka meminta hak-hak konstitusional lebih besar bagi penduduk Kurdi yang berjumlah 15 juta orang di Turki.
Namun, proses perdamaian itu diguncang oleh kematian seorang pemuda Kurdi selama protes anti-pemerintah di daerah tenggara yang berpenduduk Kurdi pada Juni.
Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.
Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.
PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.
Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984, demikian Reuters.
(M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014