Banjarbaru (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan (BNNP Kalsel) mengatakan, sebanyak 70 Desa Bersih Narkoba (Bersinar) yang dibentuk di provinsi ini telah membantu menekan kasus peredaran gelap narkotika pada 13 kabupaten/kota setempat.
“Program Desa Bersinar sudah berjalan tiga tahun, hingga saat ini sudah ada 70 locus. Per tahun kami bentuk dua locus tiap kabupaten/kota sehingga dalam satu tahun ada sebanyak 26 desa bersinar, dan untuk tahun ini sudah mencapai 18 locus,” kata Kepala BNNP Kalsel Brigjen Pol Wisnu Andayana usai konferensi pers temu media Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalsel di Banjarbaru, Jumat.
Baca juga: Bupati Sleman: Waspadai penggunaan medsos untuk transaksi narkoba
Dia menyebutkan, berkaitan dengan peran desa bersinar, sebelumnya desa ini merupakan wilayah rawan peredaran narkotika mulai dari transaksi jual beli, penyalahgunaan, hingga pengedar sangat marak ditemukan, sehingga ditetapkan sebagai locus desa bersinar dan hasilnya mampu menekan kasus peredaran narkoba meskipun belum tercapai 100 persen.
“Keberhasilan menekan angka peredaran narkotika ini merupakan data internal kami. Secara umum sudah menunjukkan dampak positif, sehingga saat ini kami mencoba fokus di wilayah perkotaan sekitarnya seperti di Banjarmasin, Banjarbaru, dan Banjar,” ujarnya.
Baca juga: Polres HST ajak masyarakat aktif jadi informan pemberantasan narkoba
Brigjen Pol Wisnu menjelaskan pencanangan desa bersinar merupakan bagian dari program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) dengan menunjuk agen penggiat anti narkoba dari lingkungan masyarakat setempat.
Berkaitan dengan pencanangan desa bersih ini pula, kata dia, Provinsi Kalsel berhasil meraih juara tiga nasional dengan tingkat kesadaran masyarakat melapor penyalahgunaan narkotika, sehingga menjadi hal yang wajar jika tingkat penyalahgunaan narkotika di provinsi ini cukup tinggi.
Baca juga: BNN RI perkuat pemberantasan peredaran gelap narkotika dalam HONLAP
Tingginya temuan kasus narkotika itu, lanjut Kepala BNNP Kalsel, juga dipengaruhi perputaran ekonomi yang cukup tinggi dalam kurun waktu lima tahun belakangan, menyebabkan permintaan terhadap narkoba ikut meningkat. Padahal, sebelumnya Kalsel hanya menjadi lokasi persinggahan narkotika, dan kini menjadi tujuan peredaran.
Menurut dia, perlu upaya maksimal untuk mengurangi kasus peredaran narkotika meskipun secara logika di lapangan masih sangat sulit untuk memberantas 100 persen peredaran barang haram tersebut. Terlebih, pada beberapa waktu lalu jajaran Polda Jawa Timur berhasil mengungkap peredaran 40 kilogram sabu yang berasal dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
“Harus lebih maksimal lagi, modus operandi semakin canggih, anak buah bandar masih banyak bermain di provinsi ini,” tutur Wisnu.
Baca juga: BNN sita 274 kg narkotika dari lima kasus peredaran gelap
Di samping itu, Brigjen Pol Wisnu mengatakan ketahanan keluarga juga berperan penting dalam menekan kasus narkotika, sebab BNN juga mencanangkan ketahanan keluarga melalui orang tua agar peduli terhadap anak, memberikan edukasi kepada anak agar tidak terjerumus penyalahgunaan narkotika.
“Kasus narkotika lebih berbahaya dari perbuatan korupsi dan teroris, karena barang haram ini dapat menghapus satu generasi keturunan jika sudah terjebak dan ketergantungan,” ujarnya.
Baca juga: Sinergi Pengawasan Bea Cukai dan Kepolisian RI Ungkap Peredaran Gelap 428 Kg Sabu dan 162.932 Ekstasi
Baca juga: Kepala BNN tegaskan tak ada toleransi bagi pengedar narkotika di Bali
Pewarta: Tumpal Andani Aritonang
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2024