Tidak ada korban jiwa maupun korban luka-luka, setelah gempa bumi tersebut terjadi

Kuningan (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Jawa Barat melakukan asesmen setelah peristiwa gempa mengguncang wilayah tersebut dengan kekuatan 4,1 magnitudo.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan Indra Bayu di Kuningan Kamis, menyampaikan bahwa setelah kejadian itu pihaknya mencatat ada 10 bangunan yang terdampak gempa, terdiri atas sembilan rumah dan satu fasilitas umum berupa mushala.

Dari hasil asesmen sementara, katanya, seluruh bangunan itu hanya mengalami kerusakan ringan pada beberapa bagian, seperti adanya retakan di dinding hingga sejumlah genting yang jatuh ke tanah.

Pihaknya pun memastikan tidak ada korban jiwa maupun korban luka-luka, setelah gempa bumi tersebut terjadi.

"Hasil asesmen ini sifatnya sementara, dan kami akan terus memantau perkembangan situasi. Sampai pukul 22.00 WIB, kami mendata ada 10 bangunan yang terdampak,” katanya.

Ia menjelaskan, BPBD Kabupaten Kuningan terus menyiagakan personel untuk memantau situasi terkini pascagempa, sambil melaksanakan asesmen data lebih lanjut.

Meski demikian, Indra menyebutkan dari hasil koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa peristiwa ini termasuk dalam jenis gempa tektonik.

Dia menyebutkan, rata-rata masyarakat di Kabupaten Kuningan merasakan getaran gempa tersebut pada Kamis (25/7) sekira pukul 17.36 WIB, dengan episenter terletak pada koordinat 6.98 Lintang Selatan (LS) serta 108.5 Bujur Timur (BT).

“Sebelumnya terjadi juga gempa bumi pada hari Kamis ini, dengan kekuatan 3,6 magnitudo,” ujarnya.

Indra juga menegaskan bahwa gempa ini tidak mempengaruhi aktivitas vulkanik di Gunung Ciremai. Namun seluruh wilayah Kabupaten Kuningan terus dipantau secara aktif untuk melakukan asesmen lebih lanjut.

"Kami belum bisa menjustifikasi apakah gempa ini berasal dari sesar Baribis atau bukan, karena skalanya masih cukup kecil dan dangkal. Setiap daerah memiliki potensi terkait dengan patahan atau sesar di wilayah masing-masing,” katanya.

Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024