Padahal kalau kita balik ke masa kelahiran jazz, musik jazz itu hanya diperdengarkan di panggung-panggung kecil, komunitas budak kulit hitam, yang penontonnya itu-itu saja,"

Jakarta (ANTARA News) - Berawal dari musik komunitas budak yang dipelopori masyarakat kulit hitam, jazz belakangan ini menjadi salah satu jenis musik glamour, yang sarat dengan "kemewahan" atas kualitas nada yang diperdengarkan.

Jazz saat ini bahkan kental atau identik dengan penikmat musik kelas atas, yang barangkali bisa diartikan sebagai pendengar bermusikalitas tinggi.

"Padahal kalau kita balik ke masa kelahiran jazz, musik jazz itu hanya diperdengarkan di panggung-panggung kecil, komunitas budak kulit hitam, yang penontonnya itu-itu saja," kata salah satu personil Aman Perkusi Agil kepada ANTARA News, di sela-sela perhelatan Java Jazz Festival 2014 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu.

Agil mengatakan berdasarkan fakta kelahiran musik jazz itu lah, grup perkusinya berani tampil beda dengan membawakan musik daerah di panggung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Java Jazz Festival 2014.

"Waktu kami ditawari main di Java Jazz awalnya sungkan juga, tapi kami memberanikan diri. Kami coba menyuguhkan jazz yang tidak sulit untuk didengarkan orang, karena memang begini lah jazz di masa kelahirannya," kata dia.

Aman Perkusi memang tampil beda. Di tengah riuh suara terompet dan gitar-gitar pelantun nada jazz di JJF 2014, grup itu justru heboh memainkan perkusi dan menyanyikan lagu daerah seperti Sinanggar Tulo, Sik-sik Batu Manikam, Siapa Suruh Datang Jakarta, Yamko Rambe Yamko, Padang Bulan dan musik kecak.

Selain membawakan lagu daerah, Aman Perkusi juga menyuguhkan bunyi-bunyian dari alat musik tradisional, seperti perkusi, dok-dok asal Subang, kolintang asal Minahasa, serta djembe dan dunun asal Afrika.

"Saya 'nggak' pernah melihat jazz sebagai musik yang nadanya memang harus jazz. Jazz itu bebas, terserah kalau Aman Perkusi mau di bilang sebagai jazz klasik, jazz perjuangan atau bahkan jazz budak," kata dia.

Penampilan Aman Perkusi yang didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini juga untuk menyambut Hari Musik Nasional yang diperingati pada 9 Maret 2014.(*)

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014