...saya minta Bu Risma tetap memimpin Surabaya"
Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri menilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini adalah pejabat yang cerewet tapi baik.
"Bu Risma itu seorang ibu dan cerewet lagi, bahkan dia lebih cerewet dari saya, tapi dia orangnya baik," katanya di hadapan mahasiswa dan civitas akademika Universitas Surabaya, Sabtu, untuk sebuah kuliah umum.
Sambil menunjuk Risma, Megawati melanjutkan, "Karena itu, saya katakan kepada teman-teman pers bahwa Bu Risma dan Pak Wisnu Sakti Buana (Wakil Wali Kota Surabaya) tidak ada masalah, saya minta Bu Risma tetap memimpin Surabaya."
Dalam acara yang juga menampilkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo itu, Presiden ke-5 RI itu meminta Risma memimpin Surabaya dengan bekerja sama dengan Wisnu Sakti Buana secara erat.
"Saya katakan bahwa tahun ini bukan saja tahun politik, tapi tahun yang menentukan, apakah bangsa ini sudah dapat berdemokrasi secara benar seperti tahun 1955 atau masih tetap belajar berdemokrasi karena di sana sini masih melakukan kecurangan," katanya.
Sedangkan Joko Widodo atau Jokowi menilai Risma dan Wisnu pasangan yang sangat rukun tapi karena tahun ini merupakan tahun politik, maka semuanya "digoreng".
"Mereka rukun banget lho, lha wong berangkat satu mobil, di ruang tunggu (bandara Juanda Surabaya) pun bersama, tapi ya itu tadi ada yang menggoreng yang senang kalau kita enggak rukun," katanya.
Bahkan, Jokowi sempat bergurau tentang kebersamaan dirinya dengan wakilnya yang dikenal dengan panggilan Ahok. "Saya sudah blusukan bersama Pak Ahok, padahal saya berbeda dengannya," katanya.
Ia pun mencontohkan perbedaan dirinya dan Ahok. "Kalau Pak Ahok itu memarahi pejabat, maka esoknya pejabat itu langsung dipecat, tapi kalau saya enggak marah tapi esoknya sama," katanya tersenyum.
Jokowi memuji kinerja Risma selama memimpin Surabaya. "Di Jakarta, saya membangun sejumlah taman, tapi saya masih ingin melihat Taman Bungkul," katanya.
Megawati mengajak mahasiswa untuk menegakkan kepala dan bangga menjadi bangsa Indonesia sehingga tidak mengerdilkan diri dengan selalu meminta bantuan kepada orang asing.
"Kita jangan bangga menerima bantuan dari orang asing, apakah bantuan yang sebenarnya utang, atau pun investasi, karena pengutang atau investor yang datang itu sebenarnya tidak punya apa-apa dan mereka justru ingin mengambil kekayaan kita," katanya.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014