Tanjungpinang (ANTARA) - Pagoda Sata-Sahasra Buddha di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, memiliki banyak keunikan, selain menjadi pagoda tertinggi di Indonesia, juga menyimpan 20.960 keramik relief Buddha yang memiliki fungsi khusus.

Saat ANTARA mengunjungi Pagoda Sata-Sahasra Buddha, Kamis, keramik relief Buddha tersebut menghiasi dinding bangunan pagoda, terutama di bagian atasnya.

Bagi pengunjung yang teliti melihat setiap ornamen yang ada di Pagoda pasti penasaran dengan keramik yang didominasi warna hijau giok tersebut. Untuk di lantai satu Pagoda, keramik relief Buddha tersebut melapisi dinding luar dan di dalam bangunan tempat ibadah umat Buddha tersebut.

Sementara untuk lantai 2 hingga 9 hanya ada di bagian dalam Pagoda saja.

Uniknya lagi dan bikin penasaran untuk mengetahuinya, keramik relief tersebut terdapat ruas seperti tanda nama. Ada di beberapa dinding keramik tersebut sudah tertulis beberapa nama, baik dalam aksara China maupun Indonesia.

Satrio (52), pekerja sekaligus perawat Pagoda menjelaskan kegunaan keramik relief Buddha ini adalah sebagai tanda nama bagi para donatur yang berderma ke Vihara.

“Jadi ini nama-nama donatur yang berderma di Pagoda,” kata Satrio sambil menunjuk ke arah keramik relief.

Baca juga: Menag Yaqut takjub dengan Pagoda Sata Sahasra Buddha di Tanjungpinang

Pagoda Sata-Sahasra Buddha berada satu komplek dengan Vihara Avalokitesvara di Jalan WR Supratman, KMI 14 Kota Tanjungpinang.

Pria asal Jawa Timur itu menjelaskan ada nominal donasi untuk bisa nama donatur dituliskan di keramik relief Buddha itu. Nominal terendah Rp1 juta.

Ada beberapa bagian di dinding Pagoda yang sudah penuh dengan tanda nama. Kata Satrio, itu adalah donatur satu keluarga.

Selain itu ada kekhususan, bagi umat Buddha yang ingin namanya dituliskan di relief keramik Buddha yang dindingnya berdekatan dengan altar atau dekat dengan patung Buddha raksasa, nilai donasinya lebih besar dari dinding luar atau bagian yang jauh dari altar.

“Kalau mau dekat dinding disamping patung Buddha ini beda lagi nominal donasinya,” kata Satrio.

Banyaknya jumlah keramik relief Buddha ini membuat Pagoda Sata-Sahasra Buddha yang dikelola oleh Yayasan Maiti Paramita itu diganjar Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Pagoda dengan ornamen keramik motif Buddha terbanyak pada Juli 2023.

Baca juga: Pagoda Sata-Sahasra pertegas keberagaman Tanjungpinang

Tampilan luar Vihara Avalokitesvara Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Kamis (25/7/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Relief Buddha juga terdapat di Vihara Avalokitesvara tapi tidak berupa keramik. Bentuknya ukiran batu dengan relief Buddha. Fungsinya juga sama, untuk nama para donatur. Namun nominal donatur untuk di dinding vihara lebih mahal dibanding Pagoda.

Pagoda Sata-Sahasra Buddha dan Vihara Avalokitesvara merupakan rumah ibadah umat Buddha, terbuka untuk umum gratis tanpa dipungut biaya masuk.

Selain jadi wisata Instagramabel juga jadi tempat foto pranikah khususnya warga keturunan Tionghoa.

“Masuk gratis, yang penting jangan merusak,” kata Satrio.

Hampir setiap hari Pagoda dan Vihara dikunjungi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara terutama  Singapura, Tiongkok, India, Banglades, Australia, hingga Jerman.

Pagoda Sata-Sahasra Buddha dan Vihara Avalokitesvara menjadi destinasi wisata religi di Kota Tanjungpinang, berada di lahan seluas 11 hektare, merupakan komplek rumah ibadah yang juga dilengkapi tempat rumah abu, kremasi.

Baca juga: Pagoda tertinggi di Indonesia bakal diresmikan Menag di Tanjungpinang

Setiap Agustus atau bulan ke 7 tahun Imlek, Vihara dan Pagoda ramai dikunjungi warga keturunan Tionghoa yang ada di Kepri maupun Singapura untuk beribadah sembahyang kubur, terutama mereka memiliki keluarga yang disemayamkan di rumah abu.

“Jadi ramainya di bulan Agustus atau bulan tujuh tahun Imlek,” kata Satrio.

Aca (22) asal Bogor, mengaku takjub dengan ornamen yang ada di Pagoda Sata-Sahasra Buddha dan Vihara Avalokitesvara.

Mahasiswi di salah satu kampus di Kota Batam itu, sengaja berkunjung ke Pagoda Sata-Sahasra Buddha dan Vihara Avalokitesvara saat mengunjungi Tanjungpinang untuk pertama kalinya.

“Ini kunjungan pertama kali saya ke Vihara dan Pagoda, dapat rekomendasi dari teman. Saya penasaran ingin lihat. Kagum sih, dengan ornamen-ornamennya itu berasa bukan di Indonesia, padahal ini di Indonesia,” kata Angie.

Baca juga: Pagoda Sata-Sahasra Buddha di Tanjungpinang raih dua rekor MURI

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024