Dukungan Rusia ini adalah alasan penting bagi tindakan kejam pemerintah Suriah..."
Riyadh (ANTARA News/AFP) - Arab Saudi membalas kecaman Rusia atas rencananya untuk memasok rudal-rudal kepada pemberontak Suriah, dengan mengatakan dukungan Moskow bagi Presiden Bashar al-Assad akan memperpanjang konflik.

Seorang juru bicara Kerajaan Arab Saudi mengemukakan kepada kantor berita SPA bahwa kementerian luar negeri "heran dengan kecaman Rusia Rusia terhadap Arab Saudi bagi dukungannya kepada rakyat Suriah".

Ia mengatakan, dukungan kuat Rusia bagi Presiden Bashar al-Assad, dan penggunaan hak vetonya berulang-ulang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menghambat satu solusi damai atas Suriah.

"Dukungan Rusia ini adalah alasan penting bagi tindakan kejam pemerintah Suriah dan bagi konflik yang telah berlangsung tiga tahun tanpa harapan satu penyelesaian atau menghentikan penderitaan manusia pada saat ini," ujarnya.

Pada Selasa lalu (25/2) Rusia memperingatkan Arab Saudi menyangkut pemasokan kepada pemberontak Suriah yang membawa peluncur peluru kendali di bahu. Rusia mengataka, tindakan seperti itu akan membahayakan keamanan di seluruh Timur Tengah dan sekitarnya.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, pihaknya "sangat cemas" dengan laporan-laporan bahwa Arab Saudi berencana membeli sistem-sistem rudal yang diluncurkan dari darat ke udara buatan Pakistan dan anti-tank bagi pemberontak Suriah yang berpangkalan di Jordania.

"Jika senjata yang peka ini jatuh ketangan kelompok garis keras dan teroris yang membanjiri Suriah, maka ada kemungkinan besar jatuh ke tangan mereka senjata-senjata itu akan digunakan jauh dari perbatasan negara Timur Tengah ini," demikian kementerian Rusia.

Ketegangan yanag telah lama terjadi antara Rusia dan Arab Saudi semakin meningkat sebagai akibat konflik Suriah, karena pihak Moskow mendukung Bashar, sementara itu Riyadh memberikan dukungan terbuka kepada pemberontak.

Rusia dan Iran adalah sekutu-sekutu penting Presiden Bashar dalam satu konflik yang telah menewaskan sekitar 140.000 orang sejak meletus satu protes damai Maret 2011.
(Uu.H-RN)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014