Insya Allah tidak lama lagi akan ada pemecahan soal tersebut..."
Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mendatangkan jutaan genteng dari Jawa Tengah (Jateng) untuk menyelesaikan rumah dan bangunan milik warga korban letusan Gunung Kelud karena pasokan di wilayahnya nyaris habis.
"Sekarang musim hujan sehingga pembuat genteng banyak yang tidak beroperasi dan berproduksi karena rugi. Ini masalah, sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan genteng di tiga wilayah," ujar Gubernur Jatim Soekarwo di Surabaya, Sabtu.
Ia menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah, maka dibutuhkan lebih dari enam juta genteng, padahal hingga saat ini pasokan genteng di Jatim hanya sekira sejuta saja.
"Mendatangkan genteng dari Jawa Tengah juga karena letak geografis yang tidak jauh, sehingga sangat memungkinkan. Apalagi, pembangunan rumah warga ditarget tidak lebih dari dua pekan," katanya.
Pakde Karwo, demikian sapaan akrab Soekarwo, optimistis pembangunan dan rehabilitasi rumah di tiga wilayah, yakni Blitar, Kediri dan Malang, akan terealisasi sesuai waktu yang ditetapkan.
Ia juga mengusulkan, perlunya sesegera mungkin untuk memberikan bibit bagi petani yang tanamannya rusak. Hanya saja, pihaknya saat ini masih memprioritaskan pembangunan rumah warga terlebih dahulu.
Proses pembangunan dan rehabilitasi rumah dikendalikan oleh prajurit TNI Kodam V/Brawijaya. Sejak status Gunung Kelud diturunkan dari Awas, Siaga dan kini Waspada, para prajurit tidak berhenti melakukan pengerjaan.
Berkaitan dengan pertanian warga yang lahannya rusak akibat erupsi, Pemprov Jatim berkomitmen segera memberi bibit bagi petani, selain sudah diajukan skema pembayaran baru untuk petani yang terlilit utang di bank.
Pihaknya mengaku sudah membicarakan masalah itu ke Bank Indonesia termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur. Pemprov Jatim masih menunggu usulan yang sudah disampaikan ke kedua lembaga tersebut.
"Insya Allah tidak lama lagi akan ada pemecahan soal tersebut, sehingga petani bisa nyaman untuk bekerja kembali, tapi ini butuh proses," demikian Soekarwo. (*)
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014