Pada tahun 2022 tercatat sekitar 2.500 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Indonesia. Angka ini mungkin tampak kecil dibandingkan dengan populasi total, namun setiap angka tersebut mewakili nyawa yang hilang dan setiap nyawa adalah penting
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan pencegahan bunuh diri pada kalangan usia produktif perlu pendekatan yang holistik dan terintegrasi, terutama pendidikan, kampanye kesadaran, serta kebijakan yang mendukung kesehatan mental.

Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indri Dharmayanti mengatakan dalam siaran di Jakarta, Kamis, bahwa bunuh diri yang dilakukan kalangan usia produktif tak hanya berdampak pada individu tersebut, namun juga keluarga yang ditinggalkan, lingkungan kerja, serta masyarakat luas.

"Pada tahun 2022 tercatat sekitar 2.500 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Indonesia. Angka ini mungkin tampak kecil dibandingkan dengan populasi total, namun setiap angka tersebut mewakili nyawa yang hilang dan setiap nyawa adalah penting," ujar Indri.

Baca juga: Kemenag Batam kampanyekan penolakan aksi bunuh diri-judi online

Dia mengutip data 2019 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menunjukkan bahwa 800 ribu orang yang bunuh diri tiap tahunnya dan yang terbanyak adalah usia muda.

Oleh karena itu, katanya, pencegahan bunuh diri adalah tanggung jawab bersama. Dia menilai perlunya memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada keputusan tersebut, seperti tekanan ekonomi, masalah kesehatan mental, hingga kurangnya dukungan sosial, guna melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Yurika Fauziah Wardhani menambahkan untuk meningkatkan kesadaran dapat dilakukan sejumlah langkah, antara lain memasukkan materi kesehatan mental ke dalam kurikulum mulai dari jenjang SD hingga perkuliahan.

Baca juga: Kesehatan mental dan Indonesia Emas

Selain itu, kata Yurika, memberikan akses yang luas untuk pelayanan kesehatan mental, contohnya pelayanan secara daring. Namun, lanjutnya, perlu dipilih konselor-konselor yang tepat, agar respon untuk orang yang dilayani juga tepat.

Dia juga menyebut komunitas-komunitas dapat dibentuk untuk mempromosikan kesehatan mental, agar dapat menjaga serta menolong orang-orang di sekitarnya.

"Nah yang berikutnya adalah kerja sama dengan instansi-instansi terkait untuk membuat program pencegahan bunuh diri. Nah ini kita bisa bekerja sama dengan kepolisian, dengan Kementerian Kesehatan, lembaga-lembaga lain, lembaga-lembaga profesi yang berhubungan dengan kesehatan mental," ucapnya. 

Baca juga: Bunuh diri rentan di kalangan remaja dan dewasa muda

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024