Dhaka (ANTARA) - Jumlah korban tewas akibat protes mahasiswa di Bangladesh meningkat menjadi 201 pada Kamis, dengan penambahan empat orang tewas di ibu kota Dhaka dan daerah sekitarnya, menurut beberapa pejabat dan media setempat.
Peningkatan jumlah korban itu terjadi saat tindakan keras terhadap pihak-pihak oposisi semakin meningkat.
Pemberlakuan jam malam, dan pengerahan militer yang mulai berlaku pada Sabtu terus berlanjut, dengan jeda dari pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore waktu setempat.
Perkantoran dan industri kembali beroperasi pada Rabu selama periode jeda yang sama, menurut pengumuman pemerintah.
Sebelumnya, Menteri Hukum Anisul Haq mengatakan jam malam akan dicabut secara bertahap dengan mempertimbangkan situasi.
Baca juga: Bangladesh berlakukan jam malam di tengah protes disertai kekerasan
Inspektur Bachchu Mia, yang bertanggung jawab di pos kepolisian di Dhaka Medical College and Hospital (DMCH), mengonfirmasi kepada Anadolu tentang tiga kematian baru pada Rabu malam. Sementara, lebih banyak orang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, katanya.
Satu orang lagi meninggal di Savar di pinggiran ibu kota pada hari yang sama.
Dengan kematian empat orang tersebut, jumlah korban bertambah menjadi 201. Sebagian besar korban meninggal karena luka tembak, menurut laporan surat kabar nasional Prothom Alo pada Kamis.
Anjuman Mufidul Islam, sebuah organisasi kesejahteraan setempat yang menyediakan layanan pemakaman bagi umat Islam, menguburkan 21 jenazah.
Dalam tiga hari terakhir, polisi menyerahkan jasad 21 korban kepada organisasi tersebut, termasuk dari DMCH selama protes terjadi, kata pejabat organisasi itu, Kamrul Ahmed, kepada Anadolu.
"Kami telah mengubur jenazah-jenazah tersebut. Kami melakukan pekerjaan itu sebagai pekerjaan rutin. Polisi menyimpan sampel DNA dan rincian lain untuk catatan dan klaim di masa mendatang," tambahnya.
Baca juga: PBB desakkan akuntabilitas setelah 75 orang tewas di Bangladesh
Bangladesh didera protes dan aksi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak awal bulan ini atas seruan reformasi dalam sistem kuota pekerjaan publik (PNS) yang didambakan di negara itu, yang dianggap sangat tidak adil oleh para mahasiswa.
Sejak 16 Juli, protes semakin meningkat setelah polisi dan anggota partai berkuasa, termasuk sayap mahasiswanya, Bangladesh Students’ League, dilaporkan menyerang mahasiswa di kampus-kampus universitas di seluruh negara itu.
Namun, pemerintah mengeluarkan pengumuman yang mereformasi sistem kuota, memangkas kuota menjadi 7 persen dari 56 persen, menyusul protes tersebut.
Baca juga: Pengadilan Bangladesh putuskan kuota afirmasi PNS turun ke 7 persen
Namun, para mahasiswa yang berunjuk rasa menuntut agar kampus-kampus dibuka kembali dan situasi normal di negara itu dipulihkan, dan mereka akan menentukan tindakan selanjutnya.
Polisi menangkap sekitar 4.500 orang dalam delapan hari terakhir, termasuk 1.400 orang pada Rabu. Banyak dari mereka yang ditangkap adalah anggota oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan partai Bangladesh Jamaat-e-Islami, menurut Prothom Alo.
Pada Rabu, Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan menyalahkan partai oposisi atas aksi kekerasan selama protes yang menuntut reformasi dalam kuota pekerjaan pemerintah.
"Kami akan mengidentifikasi mereka satu per satu dengan segenap kekuatan kami. Mereka akan menghadapi konsekuensi hukum. Kami tidak akan mundur untuk memastikannya," kata sang menteri.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Bangladesh minta diplomat asing tak keluarkan pernyataan soal protes
Penerjemah: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024