Kami hanya mengharapkan para donatur dapat membantu kami dengan memberikan donasi bagi para pengungsi Palestina agar dapat terus memberikan layanan yang sempurna bagi para pekerja kami yang membantu para pengungsi, selain memberikan bantuan secara ma

Jakarta (ANTARA News) - Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengharapkan negara sahabat yang melakukan donasi untuk mempertahankan kesinambungannya agar dapat menjaga dukungan finansial yang stabil di lima area.

"Kami hanya mengharapkan para donatur dapat membantu kami dengan memberikan donasi bagi para pengungsi Palestina agar dapat terus memberikan layanan yang sempurna bagi para pekerja kami yang membantu para pengungsi, selain memberikan bantuan secara materil," ujar Komisaris Jenderal UNRWA Filipo Grandi, di Jakarta, Jumat.

Kehadiran Grandi di Jakarta adalah untuk mengikuti Konferensi ke-2 mengenai Kerja Sama Negara-Negara Asia Timur untuk Perkembangan Palestina (CEAPAD II) pada tanggal 28 Februari -- 2 Maret 2014 yang akan diselenggarakan di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta.

"Selain mengikuti CEAPAD II ini, tujuan saya kesini adalah untuk mencari donatur dan dapat menyampaikan pesan kepada media, LSM, serta masyarakat luas untuk terus dapat membantu para pengungsi Palestina," ujar Grandi.

Menurut Grandi, UNRWA telah memberikan bantuan kepada para pengungsi Palestina sejak 65 tahun yang lalu, dimana awal mula konflik kedua negara Israel dan Palestina berlangsung.

Setelah konflik yang berkepanjangan ini, para pengungsi yang awalnya hanya berjumlah 300 hingga 500 ribu jiwa kemudian berkembang menjadi lima juta jiwa hingga saat ini, dan mereka tersebar di lima lokasi seperti Jordania, Suriah, Lebanon, Tepi Barat, dan di Jalur Gaza.

Selama ini, UNRWA telah menyediakan program bantuan yang dapat terus menyokong kehidupan para pengungsi tersebut seperti pendagaan sekolah bagi anak-anak pengungsi, klinik kesehatan, program pelatihan keterampilan serta MikroFinans sebagai upaya untuk mengurangi angka kemiskinan.

"Jadi, bantuan yang kami berikan bukan hanya makanan dan selimut saja, namun bantuan yang sifatnya merupakan bantuan kegiatan sehari-hari yang sudah berlangsung selama 65 tahun dengan 30 ribu pekerja. Selain memberi bantuan pangan kepada para pengungsi, kami juga harus dapat terus memberikan gaji para pekerja ini," tambah Grandi.

Namun Grandi menuturkan bahwa kondisi di Gaza lah yang paling memprihatinkan selain Suriah yang kini sedang dilanda konflik dalam negeri.

"Di Gazan sekarang kita harus memangkas program untuk memberikan makan siang bagi para pengungsi anak meskipun kita tahu faktanya mereka hanya makan sedikit setiap harinya, tapi apa daya? bahan makanan disana mahal karena terletak di area yang tertutup dan ketersediaan dana kami juga semakin menipis," kata Grandi menambahkan.

Selain Gaza, Suriah yang tengah dilanda konflik politik di negarannya juga akhirnya berhasil memindahkan fokus para donatur untuk memberikan donasinya dari para pengungsi Palestina hingga mengarah ke Suriah.

"Satu Krisis baru sepatutnya tidak membuat kita terlupa akan krisis yang telah ada sebelumnya," tambah Grandi.

Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu negara yang sangat mendukung para pengungsi Palestina ini, bahkan tahun lalu Indonesia sempat menyumbangkan 150 ribu dolar AS dan Grandi berharap agar jumlah tersebut dapat bertambah dalam ajang CEAPAD II tahun ini.

"Namun, tidak bisa dipungkiri, Indonesia masih dalam tahap transisi untuk menjadi sebuah negara pemberi Donor setelah selama ini menjadi penerima donor, jadi tidak mengharapkan terlalu banyak asalkan berkesinambungan," ujar Grandi.

CEAPAD merupakan inisiatif dari pemerintah Jepang, yang bertujuan untuk mendukung proses perdamaian Timur Tengah melalui koordinasi antara negara-negara di Asia yang telah aktif memberikan bantuan peningkatan kapasitas untuk Palestina.

Dari CEAPAD diharapkan agar bantuan dan dukungan teknis dari negara-negara Asia Timur untuk Palestina dapat dilakukan secara berkelanjutan, lebih terkordinasi, tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan Palestina, dan sesuai dengan kapasitas negara-negara Asia Timur.

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono juga dijadwalkan untuk membuka secara resmi Konferensi CEAPAD II sedangkan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dijadwalkan akan menyampaikan pidatonya pada konferensi ini.

Konferensi ini juga akan dihadiri oleh 34 Negara peserta dan perwakilan-perwakilan dari beberapa Organisasi Internasional.
(A050/M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014