Skema bisnis yang dapat dikembangkan dari pengelolaan sampah ini yaitu produk RDF yang dijual dengan kendaraan proyek khusus ....
Bandarlampung (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Lampung Mohammad Dody Fachrudin mengatakan bahwa pengolahan limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung menjadi energi melalui program Bakung waste to energy dapat menjadi peluang investasi regional Lampung.
 
"Berdasarkan kajian fiskal regional (KFR) yang disusun dengan data Forum Investasi Lampung (FOILA), program Bakung waste to energy ini bisa menjadi peluang investasi regional di Lampung," ujar Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Lampung Mohammad Dody Fachrudin di Bandarlampung, Kamis.
 
Ia mengatakan dengan luas area  14,1 hektare, di mana 90 persen lokasi dipenuhi sampah, dan limbah padat perkotaan yang diproduksi mencapai 800 ton-1.000 ton per hari, dengan status lahan clear and clean area dapat dikembangkan untuk pembangunan teknologi pengolahan sampah menjadi produk refused derived fuel (RDF).
 
"Skema bisnis yang dapat dikembangkan dari pengelolaan sampah ini yaitu produk RDF yang dijual dengan kendaraan proyek khusus atau badan usaha pelaksana, dan produk RDF ini bisa dijual oleh penanggung jawab melalui Dinas Lingkungan Hidup," katanya.

Baca juga: Pemkot Pekalongan sediakan lahan 6.000 m2 untuk perluasan TPA
 
Dia melanjutkan calon pembeli potensial produk RDF ini adalah PLTU Tarahan yang berjarak18 kilometer dari lokasi TPA Bakung.
 
"Ada beberapa unggulan dari peluang investasi Bakung waste to energy, seperti insentif dalam perizinan usaha, jaminan pemerintah terhadap proyek kerja sama antarpemerintah daerah dan badan usaha dalam menyediakan infrastruktur atau layanan bagi kepentingan umum, dan dukungan kelayakan pembiayaan proyek," ucap dia.

Baca juga: DLH Mataram targetkan 650 ton sampah di TPST tuntas terangkut ke TPA 
 
Kemudian status lahan sudah clean and clear, ada dukungan regulasi yang mendorong penggunaan energi terbarukan, lalu kelayakan penjualan produk RDF di atas harga produktif dan terjaminnya pasokan limbah.
 
"Secara kelayakan finansial estimasi nilai investasi berjumlah Rp577,5 miliar, waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan biaya awal investasi atau payback period hanya 8,3 tahun. Perkiraan keuntungan investasi potensial melalui internal rate of return sebesar 22,73 persen serta biaya modal rata-rata tertimbang 10,48 persen," tambahnya.
 
Menurut dia, dengan potensi tersebut peluang investasi pengelolaan limbah menjadi energi di Lampung pun bisa semakin dikembangkan dan direalisasikan.

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024