Kita berharap pasien gak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan terapi sel...
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan teknologi sel punca yang dikembangkan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejalan dengan agenda transformasi kesehatan Indonesia yakni pilar ketiga dari enam pilar yaitu ketahanan farmasi dan alat kesehatan.

"Dimana di situ ada pengembangan bioteknologi dan seluruh teknologi kesehatan akan kita upayakan di Indonesia ini. Tetapi itu bukan hanya sekedar kita punya, kita bisa tapi benar-benar nanti akan diterapkan untuk mendukung pelayanan kesehatan rujukan," kata Plt Kepala BPOM Rizka Andalucia, di Jakarta, Kamis. .

Ia menilai teknologi tersebut dapat membantu terapi pada masyarakat. Oleh karena itu pihaknya memberikan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) guna menjamin kualitas produksinya, agar pasien di seluruh Indonesia dapat mengakses pelayanan medis tersebut.

"Kita berharap pasien gak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan terapi sel, terapi stem sel atau gene terapi nantinya yang akan bisa kita kembangkan dengan fasilitas ini," ujarnya.

Baca juga: Upaya pengembangan terapi sel punca untuk pengobatan masa depan

Rizka mengatakan pengembangan sel punca untuk terapi adalah sebuah kolaborasi yang melibatkan akademisi, bisnis, pemerintah, serta publik. Dia juga berharap pemberian sertifikat tersebut dapat menjamin kualitas produk yang baik, sehingga nantinya dapat didistribusikan ke seluruh rumah sakit di Indonesia.

Direktur Utama RSCM Supriyanto Dharmoredjo mengatakan terapi sel punca memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang medis dan inovasi itu dinilai menjanjikan masa depan yang lebih cerah bagi dunia kesehatan.

"Terapi sel punca merepresentasikan perubahan paradigma dalam pendekatan kita untuk mengobati berbagai penyakit dan kondisi, dari penyakit kronis hingga cedera akut, dengan memanfaatkan kekuatan regenerasi dari sel punca itu sendiri," kata Supriyanto.

Baca juga: BRIN dorong riset sel punca guna kembangkan teknologi kesehatan RI

​​​​​Dengan adanya sertifikasi tersebut, katanya, diharapkan produksinya semakin terkontrol dan hasilnya semakin akurat, agar dapat menjadi sebuah standar terapi yang definitif.

Adapun terapi tersebut, lanjutnya, telah diberikan kepada lebih dari 1.700 pasien di RSCM. Berbagai kasus yang ditangani antara lain patah tulang, kelumpuhan akibat cedera saraf tulang belakang, luka bakar, dan diabetes melitus tipe 2.

Dia menyebutkan bahwa pengembangan teknologi sel punca adalah hasil kolaborasi RSCM, Kimia Farma, dan Universitas Indonesia.

Baca juga: Menggabungkan sel punca dengan nanomedisin untuk pengembangan obat

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024