Havana (ANTARA News) - Utusan dari lebih 100 negara berkembang yang bertemu di Havana, Kuba, Selasa, menyerukan perundingan tanpa syarat guna menyelesaikan percekcokan sengit mengenai program nuklir Iran. Delegasi ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) selama enam hari juga mengecam Israel, tapi mencabut usul mengenai tuntutan agar negara Zionis itu dihukum atas "kejahatan perang". Meskipun Timur Tengah menempati posisi penting pada acara KTT tersebut, sementara presiden Suriah dan Lebanon dijadwalkan hadir, pertemuan itu juga menjadi ajang lobi oleh Venezuela dan Guatemala untuk kursi Dewan Keamanan (DK) PBB. Caracas optimistis akan memperoleh kursi tersebut. Sementara para pejabat senior bertemu pada hari kedua, tidak jelas apakah Presiden Kuba Fidel Castro (80) akan hadir pada KTT dalam apa yang akan menjadi penampilan pertamanya di hadapan umum sejak ia menjalani operasi usus besar pada Juli. Para pejabat tersebut merancang resolusi terpisah mengenai Iran dan wilayah Palestina dan wilayah Palestina, sementara juga melunakkan rancangan dokumen akhir yang akan disahkan para kepala negara dan pemerintahan, Sabtu. GNB, yang memiliki 118 anggota, meliputi musuh lama Amerika Serikat, seperti Korea Utara, Iran, Suriah dan Venezuela, tapi juga banyak sekutu dekatnya. Mengenai Iran, para pejabat tersebut mengubah isi resolusi yang disahkan pada pertemuan GNB bulan Mei, tapi menambahkan satu paragraf yang menyampaikan perlu "dilanjutkannya dialog tanpa syarat", kata seorang pemimpin delegasi salah satu negara anggota, seperti dilansir AFP. Pernyataan itu yang disahkan pada pertemuan Mei di Putrajaya, Malaysia, menetapkan setiap negara memiliki hak untuk memanfaatkan energi nuklir, dan menyambut baik apa yang dikatakannya sebagai "upaya Iran untuk membangun kepercayaan" dengan tujuan menyelesaikan masalah tersebut. Semua delegasi juga mengerjakan satu dokumen yang menuntut Israel mundur dari Tepi Barat Sungai Jordan, menghentikan agresinya di Jalur Gaza dan membebaskan para pejabat Palestina yang dipenjarakan. "Ketika terjadi, itu akan membuka pintu bagi dilanjutkannya proses politik," kata Riyad Mansour, utusan Palestina untuk PBB. Namun seorang pejabat senior mengatakan peserta pertemuan mencabut satu paragraf yang diusulkan yang menyebut tindakan Israel sebagai "kejahatan perang dan para pelakunya harus dimintai pertanggung jawaban dan diseret ke pengadilan". Mansour mengatakan pernyataan dari GNB akan menambah tekanan atas DK agar menerapkan resolusinya mengenai wilayah Palestina. "Kami harap DK akan memulai proses pelaksanaan tanggung jawabnya," katanya. Lobi kursi DK Beberapa peserta juga terlibat dalam lobi gencar untuk memperoleh dukungan bagi masalah khusus. Venezuela berkeras negara itu sekarang telah memperoleh jaminan suara yang mencukupi untuk meraih kursi di DK PBB. "Kami dapat meyakinkan dunia bahwa Venezuela akan memiliki posisi di DK sebagai anggota tak tetap," kata Wakil Menteri Luar Negeri Venezuela, Jorge Valero, kepada wartawan. Sementara itu, beberapa pejabat Guatemala mengatakan mereka telah meraih 120 dari 121 suara yang diperlukan. Pertemuan enam hari tersebut dihadiri para pemimpin dari sebanyak 50 negara berkembang, dan pejabat tinggi dari puluhan negara lagi. Para pemimpin itu dijadwalkan bertemu Jumat dan Sabtu, menyusul dua hari pembicaraan tingkat menteri. Castro telah mengatakan ia akan bertemu dengan beberapa utusan, tapi tak jelas apakah ia akan melakukannya dari tempat tidur atau pada KTT. Pemimpin komunis itu mulanya tercantum dalam acara penampilan di hadapan umum yang disiarkan oleh penyelenggara KTT pada Ahad, tapi pemerintah Kuba belakangan membuat perubahan dan mengakui mereka tak memiliki keterangan apakah ia akan benar-benar muncul di hadapan umum. Raul Castro (75) akan memulai debut internasional pertamanya jika ia memimpin KTT tersebut. Adik Fidel Castro itu secara resmi menjabat Presiden Kuba sementara kakaknya menjalani pemulihan setelah operasi. (*)

Copyright © ANTARA 2006