Jakarta (ANTARA) - Polri menekankan pentingnya upaya kontra radikal guna mencegah penyebaran paham yang berpotensi memberikan ruang berkembangnya radikalisme.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko dalam acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Terorisme adalah Musuh Kita Bersama di Pondok Pesantren Al-Musthofa di Kendal, Jawa Tengah.
“Kontra radikal merupakan upaya membangun personal guna mencegah paham radikalisme yang saat ini banyak diembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai elemen dengan tujuan mengubah paham seseorang menjadi radikal,” kata dia dilansir dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai elemen.
“Selain forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda), perlu juga peran serta dari tokoh agama, masyarakat, adat, dan pemuda,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, hadir pula seorang mantan narapidana terorisme (napiter), Ustaz Muhammad Nasir Abbas, yang menjadi narasumber utama.
Dalam paparannya, ia mengatakan, terorisme adalah ancaman nyata meskipun pergerakannya tidak selalu terlihat.
“Terorisme itu benar ada walaupun gerakannya tidak kelihatan. Saya ini mantan napiter. Dulu saya musuh negara, dulu saya disiapkan untuk menghadapi pemerintah Indonesia. Dulu saya direkrut untuk jadi teroris di Indonesia,” ujarnya.
Nasir yang telah mendedikasikan dirinya untuk merehabilitasi mantan napiter dan mendorong perdamaian, mengatakan bahwa terorisme dimulai dari adanya kegagalan dalam menyikapi perbedaan.
“Kita perlu memahami bahwa terorisme tumbuh subur karena ketidakpedulian serta pemahaman yang salah,” kata dia.
Selain itu, lanjutnya, siapa pun dapat berpotensi direkrut oleh jaringan terorisme untuk berbagai kepentingan, seperti tenaga, pendanaan, maupun informasi.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada seluruh masyarakat untuk mewaspadai dan menjaga keluarga dari paham-paham radikal agar paham tersebut tidak berkembang, sehingga Indonesia tetap utuh dan damai.
“Kita harus waspada terhadap orang-orang yang tidak mau menerima perbedaan pendapat, orang yang suka mencela, mudah menyalahkan, dan mudah mengkafirkan sesama Muslim. Mari kita mewaspadai paham-paham radikal di masyarakat,” kata dia.
Diketahui, acara tersebut diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai bahaya radikalisme dan juga terorisme melalui kegiatan kontra radikal.
Dengan dilaksanakannya acara tersebut, diharapkan akan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya radikalisme dan terorisme serta memperkuat kerja sama antara aparat keamanan dan masyarakat dalam menjaga keutuhan dan kedamaian Indonesia.
Adapun FGD tersebut dihadiri berbagai kalangan, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin pesantren, santri, dan mahasiswa.
Baca juga: Kabaharkam ajak masyarakat jaga keamanan Pilkada 2024
Baca juga: Polri tegaskan penyelidikan kasus "judol" Wulan Guritno masih berjalan
Baca juga: Kompolnas beri masukan terkait yurisdiksi untuk RUU Polri
Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2024