Jinan (ANTARA) - Sebelum berangkat kerja setiap pagi, Zhang Fan selalu mengakhiri rutinitas rias wajahnya dengan memasang bulu mata palsu.
"Bulu mata berwarna cokelat ini sangat menawan. Ini terlihat seperti bunga matahari yang terkulai," kata Zhang.
Bagi banyak wanita seperti Zhang, bulu mata palsu merupakan kebutuhan sehari-hari. Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa bulu mata palsu itu dibuat di Pingdu, sebuah kota setingkat wilayah di Provinsi Shandong, China timur.
Dikenal sebagai "ibu kota bulu mata palsu di China", Dazeshan adalah rumah bagi 3.895 pabrik bulu mata palsu yang memproduksi sekitar 70 persen bulu mata palsu di seluruh dunia dengan lebih dari 3.000 gaya dan kategori yang berbeda.
Berjalan di jalanan wilayah tersebut, Anda dapat menemukan papan nama dengan kata "bulu mata" di mana-mana.
Menurut ketua eksekutif asosiasi kosmetik dan bulu mata di Pingdu Hang Songming sejarah bulu mata palsu berawal sejak 2000 SM, seperti yang disebutkan dalam literatur Romawi dan Mesir kuno. Pada 1930-an, bulu mata palsu mulai dipakai oleh aktris Hollywood dan kemudian menjadi populer di seluruh dunia.
Perkembangan industri bulu mata palsu di Pingdu dimulai pada 1970-an, ketika para pebisnis dari Korea Selatan datang ke Shandong untuk membuka pabrik di Kota Qingdao. Seorang penduduk desa dari Dazeshan, bermarga Cui, pernah bekerja di salah satu pabrik tersebut, dan membawa keahliannya kembali ke kampung halamannya.
Semakin banyak orang yang bergabung dengan industri bulu mata palsu. Seiring dengan pertumbuhan industri, perusahaan lokal mengirimkan pekerja mereka ke Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korsel untuk mempelajari teknologi canggih, yang ditandai dengan peningkatan kualitas bulu mata palsu yang diproduksi di Pingdu.
"Dibandingkan dengan bengkel tempat ayah saya dulu bekerja, industri ini sekarang lebih terstandardisasi, termekanisasi, dan terdigitalisasi," ujar Manajer Umum Qingdao Boxiu False Eyelash Crafts Co. Ltd., Wang Haibo, yang merupakan salah satu pekerja generasi kedua di Pingdu.
Meskipun ukurannya kecil, bulu mata palsu tidak mudah dibuat. Proses produksinya melibatkan tujuh langkah yang dilakukan oleh sembilan pekerja.
Dengan meningkatnya biaya tenaga kerja, Pingdu menghadapi persaingan yang semakin ketat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Kami hanya bisa menjaga daya saing kami melalui inovasi," kata Wang.
Setelah beberapa kali mencoba, tim inovasinya menemukan bahwa bulu cerpelai buatan merupakan bahan yang ideal untuk bulu mata palsu karena lebih murah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bulu cerpelai asli.
"Produk baru ini disambut baik oleh pasar Eropa dan AS. Rata-rata, kami mengeluarkan produk baru setiap dua atau tiga bulan sekali," ujar sang manajer.
Selain itu, Pingdu memiliki sebuah kawasan industri dengan seluruh rantai produksi bulu mata, yang membantu menurunkan biaya. Kawasan itu bermitra dengan sejumlah universitas untuk terus mengikuti dan mengadopsi kemajuan terbaru dalam teknologi dan peralatan.
"Dengan peralatan baru, efisiensi produksi meningkat lebih dari lima kali lipat," kata manajer operasi Qingdao beauty online new economy industrial park, Pan Xinyu.
Industri bulu mata palsu telah menciptakan lapangan pekerjaan di Pingdu bagi masyarakat setempat, terutama kaum wanita. Saat ini, lebih dari 50.000 orang, dari 1,37 juta penduduk kota ini, terlibat dalam industri ini.
Seiring dengan meningkatnya standar hidup, perhatian terhadap kesehatan dan kecantikan semakin besar. Hal ini membuat pasar bulu mata palsu terus memiliki prospek yang menjanjikan.
Menurut buku putih tentang industri bulu mata China yang dirilis pada Oktober 2023, tingkat pertumbuhan salon kuku dan bulu mata mencapai 33,7 persen pada 2022.
Wang Haibo optimistis dengan perkembangan pasar domestik karena masyarakat memiliki daya beli yang kuat.
"Dan orang-orang semakin peduli dengan kualitas hidup dan kecantikan. Industri bulu mata palsu memiliki potensi besar yang masih bisa dikembangkan," kata Wang Haibo.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024