Setelah 10 tahun Java Jazz kini terbesar di dunia. Itu membawa Indonesia ke dunia dan dunia ke Indonesia,"

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan, "Java Jazz Festival" (JJF) yang digagas pengusaha Peter F Gontha telah menjadi perhelatan musik jazz terbesar di dunia.

"Setelah 10 tahun Java Jazz kini terbesar di dunia. Itu membawa Indonesia ke dunia dan dunia ke Indonesia," katanya pada peringatan 10 tahun JJF dan 40 Tahun Hotel Borobudur di Jakarta, Kamis malam.

Menurut Mari, pada mulanya perhelatan jazz itu hanya menarik agar orang di seluruh dunia datang ke Indonesia pada 2005 setelah Indonesia dilanda krisis dan persoalan di dalam negeri.

"Jika penyanyi jazz kondang dunia bisa datang ke Indonesia berarti Indonesia aman," katanya.

Musisi Indonesia juga bisa dikenal dunia seperti Dira Sugandi.

Salah satu yang membuat Java Jazz bisa Terus berlangsung adalah Indonesia juga memiliki penonton dan penikmat musik yang paling mengapresiasi musik.

"Itu juga yang menyebabkan mereka mau datang kembali karena penontonnya yang sangat menghargai musik," kata Mari.

Duta Besar AS Robert O Blake pada kesempatan itu juga memberikan sambutan.

Menurut Blake, musik Jazz adalah musik yang berakar di AS.

"Terima kasih kepada Peter Gontha karena kini ada Jazz Indonesia," katanya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melalui Mari Elka Pangestu, mengucapan selamat untuk Peter Gontha dan Dewi Gontha yang telah menjadikan Indonesia sebagai tempat musisi jazz seluruh dunia menampilkan keahliannya.

Kali ini Java Jazz lebih istimewa karena Peter Gontha meminta agar para musisinya memakai baju batik.

Peter, seusai memberikan sambutan, menyanyikan lagu "If I Ruled the World" bersama penyanyi Ruth Sahanaya.


Membawa dunia ke Indonesia

Jakarta International Java Jazz Festival 2014 (JJF 2014) yang digelar pada 28 Februari -- 2 Maret 2014, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, merupakan penyelenggaraan ke-10 dari festival jazz terbesar di dunia yang diproduksi oleh orang Indonesia secara konsisten.

Sejak awal berupa gagasan, hingga penyelenggaraannya yang pertama tahun 2005 di Jakarta Convention Center, Peter F. Gontha dan tim Java Festival Production (JFP) telah mengupayakan festival ini menjadi festival jazz terbesar di dunia.

"Alasannya sederhana saja, meski tidak mudah dilaksanakan, yaitu membuat festival jazz yang membuat mata publik dunia melihat ke Indonesia. Untuk itu, perlu festival musik jazz yang terbesar di dunia untuk menampilkan kehebatan musik jazz yang ada di dunia ke Indonesia dan bersanding dengan musisi Indonesia. Bringing the World to Indonesia atau membawa dunia ke Indonesia," kata Peter dalam rilisnya.

Disebutkan bahwa usaha dan kerja keras JFP yang dipimpin oleh Dewi Gontha mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2010, ketika Java Jazz Festival berpindah tempat penyelenggaraannya di JIExpo Kemayoran. Rekornya adalah "Festival Jazz Terbesar di Dunia". Pada tahun 2010, ada lebih dari 1.500 musisi asing dan Indonesia yang bermain di 20 panggung selama tiga hari penyelenggaraan Java Jazz Festival 2010, dan ditonton oleh lebih dari 105.000 pencinta jazz dari Indonesia dan luar negeri.

Jumlah musisi, panggung dan penonton yang terus bertambah dari tahun ke tahun adalah alasan utama kepindahan lokasi penyelenggaraan Java Jazz Festival pada tahun 2010 hingga penyelenggaraanya yang ke-10 pada tahun ini.

Banyak musisi dan grup musik jazz ternama dunia pernah tampil di JJF seperti George Duke, Incognito, Level 42, Lee Ritenour, Kool and the Gang, Chaka Khan, Al Jarreau, Dave Valentin, George Benson, Craig David, Ledisi, Peabo Bryson, Tania Maria, Sadao Watanabe, Swing Out Sister, Herbie Hancock, dan Sergio Mendes.

Sedangkan musisi dan grup musik jazz Indonesia yang pernah tampil seperti Bubi Chen, Elfa Secioria, Benny Likumahuwa, Idang Rasjidi, Krakatau, Chaseiro, Ermy Kulit, Tohpati, Trie Utami, Erwin Gutawa Big Band, Jaya Suprana, Dewa Budjana, Twilite Orchestra, Iga Mawarni, Emerald, The Groove, KLa Project, Syaharanie, Monita Tahalea, dan Maliq & DEssentials.

"Java Jazz Festival adalah etalase kreativitas musik Indonesia dan internasional," kata Peter Gontha.

Disebutkan bahwa dengan spirit "Bringing the World to Indonesia", musisi dan wisatawan internasional yang hadir di Java Jazz Festival dapat menjadi saksi keadaan Indonesia. Belum lagi beberapa Kedutaan Besar negara sahabat yang selalu hadir mendukung Java Jazz Festival, mereka memberitakan pula keberhasilan dan kelancaran penyelenggaraan acara ini. Melalui website dan sosial media, cerita dilengkapi foto dan video tersebar ke berbagai penjuru dunia. Java Jazz Festival melakukan peran yang unik bagi promosi pariwisata dan diplomasi Indonesia.

Disebutkan pula bahwa kontribusi nyata Java Jazz Festival lainnya adalah semakin sering publik internasional membicarakan Indonesia, termasuk kaitannya dengan Java Jazz Festival.

"Banyak musisi internasional semakin mengenal Indonesia dan ingin meyaksikan sendiri sambutan penonton di Indonesia yang dikenal ramah dan antusias," katanya.

JJF 2014 menampilkan deretan musisi Tania Maria, Sadao Watanabe, Ivan Lins, serta Roy Ayers yang akan tampil dengan keyboardist kawakan Lonnie Liston Smith.

Di kelompok musisi muda akan hadir Allen Stone, Jamie Cullum, dan Robert Glasper yang membawa permainan musik jazz dengan paduan musik yang berbeda.

Musisi Brasil juga datang dengan generasi yang lebih muda, seperti Thais Motta dan Joao Sabia. Negara-negara Skandinavia sudah ada nama Nils Petter Molvaer dan Magnus Lindgren.

Musisi lain yang sudah menyatakan kesediaannya untuk hadir ada Gerald Albright, James Taylor Quartet, Norman Brown, Earth Wind & Fire Experience, Dave Koz, Mindi Abair, Richard Elliot, Jonathan Butler, dan Rick Braun.(*)

Pewarta: Akhmad Kusaeni dan Budi Setiawanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014