Budidaya jamur tiram dalam kantong plastik atau baglog itu merupakan penelitian tiga mahasiswa kami pada tahun 2010 dan kini dibudidayakan universitas di kampus III Ubaya di kawasan Trawas, Mojokerto,"

Surabaya (ANTARA News) - Universitas Surabaya (Ubaya) mengembangkan budidaya jamur tiram dalam kantung plastik untuk media pertumbuhan yang dapat direkayasa secara menarik untuk sarana ucapan selamat kepada seseorang yang selama ini menggunakan bunga.

"Budidaya jamur tiram dalam kantong plastik atau baglog itu merupakan penelitian tiga mahasiswa kami pada tahun 2010 dan kini dibudidayakan universitas di kampus III Ubaya di kawasan Trawas, Mojokerto," kata dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya Wina Dian Savitri S.Si M.Agr di Surabaya, Kamis.

Didampingi salah seorang mahasiswa pembudidaya tiram dalam baglog, Soehariono, dosen yang peneliti pada Laboratorium Teknobiologi Ubaya itu menjelaskan Soehariono dan dua rekannya yang sudah menjadi alumni itu akan dilibatkan dalam budidaya jamur tiram dalam baglog.

"Rencananya, Ubaya memang akan mengembangkan secara komersial, namun budidaya jamur tiram dalam baglog itu masih terus dikembangkan pada lahan di kampus III Ubaya. Kalau pertumbuhannya cukup besar, tentu akan kami budidayakan secara komersial," katanya.

Senada dengan itu, salah seorang mahasiswa pembudidaya jamur tiram dalam baglog, Soehariono, mengatakan kemasan jamur yang menarik dan berbentuk "baglog" itu merupakan bagian dari edukasi masyarakat bahwa jamur itu sehat, bisa dikonsumsi, dan tidak beracun.

"Selama ini, masyarakat menganggap jamur sebagai racun, karena itu kami bermaksud mengubah pandangan masyarakat yang salah itu melalui jamur tiram dalam baglog untuk ucapan selamat, seperti happy engagement, I love u, be happy, waiting for you, rindoe kamoe, maafkan salahkoe, dan sebagainya. Say It With Mushrooms," katanya.

Ditanya tentang cara budidaya jamur tiram dalam baglog itu, ia mengatakan bibit jamur diambil 1 centimeter dari bagian antara payung dan batang, lalu ditanam dalam media baglog yang berisi limbah gergaji kayu, bekatul, dan bibit jamur (miselium) yang dicampur agar-agar dan kentang.

"Kalau sudah berlangsung tiga hari akan tumbuh serbuk, lalu diambil sedikit lagi untuk ditanam dalam 20 botol median jagung atau kacang-kacangan yang banyak karbohidrat-nya. Hasilnya ditunggu satu bulan dan bisa menjadi bibit untuk 40 botol median baglog yang terdiri dari serbu kayu, bekatul, dan ditunggu satu bulan lagi," katanya.

Setelah itu, bibitnya diambil sedikit untuk ditanam dalam baglog kecil lagi yang ditunggu selama 45 hari untuk tumbuhnya payung jamur. "Baglog kecil itu bisa diberi kemasan (pembungkus) yang ditulisi ucapan selamat macam-macam," katanya.

Ia menambahkan jamur yang tumbuh dalam baglog kecil itu juga bisa dikonsumsi untuk keripik, dendeng, abon, nugets, dan makanan olahan jamur lainnya. "Selama belum dikonsumsi bisa disirami setiap hari dan dipanen 3-4 kali," katanya.

Produk jamur tiram dalam baglog itu dipamerkan dalam "Seminar Nasional Bioteknologi 2014" bertemakan "Blue Economy" di Gedung Perpustakaan Ubaya. Seminar yang diselenggarakan pada 27 Februari -- 1 Maret 2014 itu menghadirkan Jaya Suprana Ph.D (pendiri MURI dan Chairman of PT Industri Jamu Jago & DG Farm.) dan Dr Ir Anton Apriyantono MS (mantan Menteri Pertanian). (*)

Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014