Berdasarkan data dari sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dan Moderate-resolution Imaging Spectro-radiometer (MODIS) serta satelit AQUA, hingga 23 Juli 2024 pukul 23.00 WIB terdeteksi sebanyak 80 hotspot yang tersebar di sembilan
Pontianak (ANTARA) - Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Supadio Pontianak Fitri mengatakan pihaknya memantau peningkatan jumlah hotspot atau titik panas dalam dua hari terakhir di Kalimantan Barat (Kalbar).

"Berdasarkan data dari sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dan Moderate-resolution Imaging Spectro-radiometer (MODIS) serta satelit AQUA, hingga 23 Juli 2024 pukul 23.00 WIB terdeteksi sebanyak 80 hotspot yang tersebar di sembilan kabupaten," kata Fitri melalui siaran media sosial BMKG Kalbar, di Pontianak, Selasa.

Ia memaparkan sebaran titik panas ada di Kabupaten Kubu Raya dengan 26 titik terdiri dari 25 kategori menengah dan 1 kategori tinggi. Kemudian Kabupaten Sanggau dengan 23 titik panas (2 kategori ringan dan 21 kategori menengah), Kabupaten Landak dengan 10 titik panas (2 kategori ringan dan 8 kategori menengah), Ketapang dengan 7 titik panas kategori menengah, serta Bengkayang dan Melawi masing-masing dengan empat titik  kategori menengah.

Selain itu di Mempawah tercatat tiga titik panas kategori menengah, Sambas dua titik kategori menengah, dan Kapuas Hulu satu titik kategori menengah.

Baca juga: BMKG: Waspada ada 105 titik panas di Sumatera Utara

Peningkatan jumlah titik panas ini terutama disebabkan oleh kebakaran lahan yang terjadi pada Selasa (23/7)  petang di daerah Sekunder C Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPBD Kalbar Ansfridus J Andjoe melalui Ketua Satgas Informasi BPBD Provinsi Kalbar Daniel menyatakan pihaknya siap bersinergi dengan BPBD Kabupaten Kubu Raya dan Manggala Agni Kalbar untuk menangani dan mengendalikan bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.

"Pantauan kami di lapangan sejak hari Jumat (19/7) menunjukkan bahwa wilayah Kubu Raya sudah mulai muncul titik api yang membakar lahan gambut, sehingga asapnya sudah mulai dirasakan oleh masyarakat," kata Daniel.

Dalam penanganan kebakaran ini, kata dia, tim gabungan yang terdiri dari BPBD Provinsi Kalbar, BPBD Kabupaten Kubu Raya, Manggala Agni Kalbar, KPH, TNI, dan Polri telah berada di lokasi karhutla untuk melakukan pemadaman dan pendinginan. Namun tim gabungan terkendala minimnya sumber air.

Baca juga: BMKG: 20 wilayah di Aceh berpotensi tinggi terjadi karhutla

"Koordinasi antara BPBD Provinsi Kalbar, BPBD Kabupaten Kubu Raya, dan Manggala Agni, menunjukkan keseriusan untuk terus bersinergi dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian karhutla di Kubu Raya. Mengingat wilayah Kubu Raya berada di sekitar Bandara Supadio, kami berikhtiar agar kegiatan penerbangan tidak terganggu akibat bencana kabut asap," tuturnya.

Peningkatan jumlah titik panas di Kalbar menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan penanganan cepat dalam mengatasi karhutla. 

"BMKG dan pihak terkait terus memantau situasi guna mencegah dan mengendalikan kebakaran lebih lanjut, demi menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat serta kelancaran aktivitas penerbangan di Bandara Supadio," katanya.

Baca juga: BNPB: Wilayah sasaran pengendalian karhutla tahun ini meluas

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024