Beijing (ANTARA) - China bermaksud menarik semakin banyak modal asing dan swasta ke dalam industri konservasi airnya, seraya menetapkan sebuah target ambisius untuk memperluas sektor ini hingga skala satu triliun yuan (1 yuan = Rp2.231) hingga tahun 2027 mendatang.
Visi tersebut termasuk membina sejumlah pemimpin industri yang bernilai puluhan miliar yuan pada 2035 serta meningkatkan teknologi penghematan air, proses manufaktur, dan layanan manajemen ke standar maju di tingkat global.
Secara teknologi, fokus akan dititikberatkan pada terobosan dalam mengolah dan mendaur ulang air limbah organik dan bersalinitas tinggi, meningkatkan efisiensi pendinginan, serta mengembangkan proses pencucian yang hemat air, sebagaimana diuraikan dalam pedoman yang dirilis pada Senin (22/7) oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (National Development and Reform Commission/NDRC) China dan sejumlah departemen kementerian lainnya di negara tersebut.
Berdasarkan dokumen itu, daerah-daerah yang memiliki kapasitas tersebut didorong untuk menyelenggarakan pameran produk dan peralatan penghematan air, pameran dagang, dan pameran teknologi untuk mempromosikan teknologi penghematan air yang matang dan dapat diterapkan..
Sebuah platform akan dibentuk bagi perusahaan-perusahaan yang berfokus pada penghematan air untuk saling bertukar teknologi canggih dan memperdalam kemitraan kerja sama, sehingga merangsang pasar pasokan dan permintaan dalam industri konservasi air.
Lembaga penelitian dan perusahaan teknologi tinggi didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan internasional terkait air, menawarkan layanan konsultasi, konstruksi, dan manajemen operasi untuk proyek konservasi air di luar negeri, serta mendukung tujuan pembangunan berkualitas tinggi di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra.
China menghadapi masalah kelangkaan air yang mendasar, yang ditandai dengan jumlah penduduk yang besar dan distribusi sumber daya air yang tidak merata secara spasial maupun temporal. Konservasi air diidentifikasi sebagai solusi mendasar bagi masalah kelangkaan air tersebut.
Mulai 1 Mei tahun ini, China menerapkan peraturan tingkat nasional pertama tentang konservasi air.
Target untuk 2024 mencakup pengurangan konsumsi air sebesar 13 persen per 10.000 yuan produk domestik bruto (PDB) dan penurunan serupa dalam konsumsi air per 10.000 yuan nilai tambah industri dibandingkan dengan tingkat pada 2020.
NDRC mengindikasikan bahwa pihaknya akan mendorong upaya konservasi air dengan meningkatkan penggunaan sumber air nonkonvensional serta memperbarui dan mentransformasi peralatan.
Pertanian, yang menyumbang lebih dari 60 persen dari total penggunaan air di China, akan mengalami reformasi komprehensif dalam penetapan harga air, dengan penetapan harga berjenjang dan mekanisme subsidi dan hadiah yang tepat untuk penghematan air.
Selain itu, China bermaksud meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi secara signifikan di bidang pertanian, mengupayakan penggunaan tahunan sumber air nonkonvensional di atas 18 miliar meter kubik, yang meliputi air hujan, air daur ulang, air laut hasil desalinasi, dan air tambang.
Sebuah dokumen kebijakan penting baru-baru ini menunjukkan bahwa China akan memberlakukan batasan wajib pada penggunaan sumber daya air dan mengganti biaya sumber daya air dengan pajak nasional.
Selain itu, China akan mendorong penggunaan peralatan dan produk penghemat air yang canggih, mendorong pembaruan peralatan penghemat air dalam skala besar, serta mempercepat penghapusan produk dan peralatan pengonsumsi air yang sudah ketinggalan zaman.
Demi mendukung inisiatif-inisiatif ini, pemerintah China akan secara rutin menerbitkan katalog teknologi penghematan air yang matang dan dapat diterapkan serta daftar proses, teknologi, dan peralatan penghematan air industri yang dianjurkan di tingkat nasional.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024