“Memang benar bahwa Trump, ketika dia menjadi presiden, mencoba untuk menunjukkan hubungan pribadi khusus antara para kepala negara dalam hubungan antarnegara, namun dia tidak membawa perubahan positif yang substansial,” kata KCNA, media yang dikelola pemerintah.
Reaksi dari Pyongyang itu muncul setelah Trump, yang merupakan calon presiden AS dari Partai Republik, mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un "juga menginginkan dirinya kembali menjabat."
Trump pernah mengatakan, “Kita menghentikan peluncuran rudal dari Korea Utara. Sekarang, Korea Utara kembali bertingkah, tapi ketika kita kembali, saya akan akrab dengannya.”
"Saya rasa dia merindukan saya, senang rasanya bisa bergaul dengan seseorang yang memiliki banyak senjata nuklir," kata Trump soal Kim.
Namun, pemerintah Korut memperingatkan bahwa "Kebijakan luar negeri suatu negara dan perasaan pribadi harus dibedakan secara tegas."
“Bahkan jika ada pemerintahan yang menjabat di Amerika Serikat, iklim politik yang kacau karena pertikaian kedua partai tidak akan berubah dan, oleh karena itu, kami tidak peduli dengan hal ini,” kata Pyongyang.
Trump dan Kim sudah bertemu tiga kali. Yang pertama adalah di Singapura pada 2018, kemudian di ibu kota Vietnam, Hanoi, serta di Zona Demiliterisasi (DMZ) di perbatasan Korea Utara-Korea Selatan.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Korut ingin Trump terpilih jadi Presiden AS, kata eks Dubes Jerman
Baca juga: Adik Kim Jong Un: Korut tak berniat ancam AS
Trump resmi terima nominasi dirinya sebagai capres Partai Republik
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024