Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan berbagai upaya mulai dari program pemberian makanan tambahan, edukasi ibu hamil hingga program Ayah dan Bunda Asuh Anak Stunting (ABAS) untuk percepatan penurunan stunting.

"Dari intervensi yang dilakukan, prevalensi stunting merujuk pada penimbangan bulan Februari 2024 sebesar 8,6 persen, turun jika dibandingkan tahun 2022 lalu sebesar 15 persen," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Manggarai Barat Rafael Guntur di Labuan Bajo, Selasa.

Menurut dia, program Ayah dan Bunda Asuh Anak Stunting menjadi bentuk sinergi dan sinkronisasi antarinstansi pemerintah daerah, instansi vertikal, TNI, Polri, BUMN/BUMD, lembaga swasta, serta semua pemangku kepentingan di daerah.

Tugas dan tanggung jawab Ayah dan Bunda Asuh Anak Stunting di antaranya memberikan makanan pendamping berbasis pangan lokal sesuai kebutuhan anak stunting berdasarkan arahan pengelola gizi puskesmas setempat.

Baca juga: Pemkab Manggarai Barat gencarkan program P2L untuk cegah stunting

Selanjutnya Ayah dan Bunda Asuh Anak Stunting harus memantau pertumbuhan dan perkembangan anak stunting.

"Ayah dan Bunda Asuh Anak Stunting juga harus memantau penggunaan air bersih dan sanitasi lingkungan pada keluarga anak stunting," katanya.

Rafael juga menekankan pentingnya pola asuh anak terlebih dalam 1.000 hari pertama kelahiran, sebab stunting bukan hanya dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, tetapi juga pola asuh anak dan pemberian gizi tambahan kepada anak.

"Keluarga harus memperhatikan gizi anak dan rajin ke posyandu sehingga mengetahui pemberian gizi dan penimbangan," ujarnya.

Baca juga: Bupati Manggarai dorong kepala desa intensifkan penanganan stunting

Ia menjelaskan pemerintah daerah juga mengerahkan 338 Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (KPPKBD), 588 orang Tim Pendamping Keluarga, dan 77 penyuluh KB untuk melakukan pendampingan kepada keluarga dan melakukan edukasi terkait stunting.

"Jadi, para kader dan penyuluh itu kerja bukan hanya untuk program KB tetapi juga stunting," katanya.

Ia menambahkan bahwa terdapat juga program pemerintah untuk melatih masyarakat agar mengelola pangan lokal di desa untuk menjadi makanan bergizi.

"Untuk pangan lokal ada, tetapi pengelolaan yang belum optimal," katanya.

Baca juga: Wabup: Prevalensi stunting di Manggarai Barat turun

Ia juga menjelaskan bahwa anak usia remaja di daerah itu juga menjadi fokus pemerintah agar meningkatkan kesadaran tentang reproduksi.

"Edukasi melalui program Pusat Informasi Konseling Remaja agar remaja mengetahui organ reproduksi dengan baik sehingga kami hadir di setiap sekolah untuk menjelaskan kepada siswa mengenai reproduksi," katanya.

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024