Kami memeriksa daerah itu untuk melihat apakah ada ranjau yang dipasang di lapangan terbang."

Bamako (ANTARA News) - Sedikitnya dua orang cedera ketika sebuah kendaraan PBB melindas ranjau di wilayah utara Mali, Rabu, kata satu sumber militer kepada AFP.

"Mobil itu milik Medecins du Monde-Belgia. Kendaraan tersebut melindas ranjau di dekat lapangan terbang di Kidal. Sedikitnya dua orang cedera, keduanya warga Mali," kata sumber militer Afrika yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

"Kami memeriksa daerah itu untuk melihat apakah ada ranjau yang dipasang di lapangan terbang," tambahnya.

Satu sumber kepolisian mengkonfirmasi insiden tersebut.

Kidal tetap menjadi ajang kekerasan lebih dari setahun setelah intervensi militer Prancis berhasil menghalau militan garis keras dari Mali utara.

Kidal, yang terletak lebih dari 1.500 kilometer dari Bamako, ibu kota Mali, juga merupakan daerah utama suku Tuareg, yang pemberontakannya menyulut krisis besar bagi negara itu pada 2012 dan 2013.

Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.

Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.

Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung Al Qaida di Maghribi Islam (AQIM), menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis, sejak April tahun lalu.

Pemberontak suku pada pertengahan Januari 2012 meluncurkan lagi perang puluhan tahun bagi kemerdekaan Tuareg di wilayah utara yang mereka klaim sebagai negeri mereka, yang diperkuat oleh gerilyawan bersenjata berat yang baru kembali dari Libya. Namun, perjuangan mereka kemudian dibajak oleh kelompok-kelompok muslim garis keras.

Kudeta pasukan yang tidak puas pada Maret 2012 dimaksudkan untuk memberi militer lebih banyak wewenang guna menumpas pemberontakan di wilayah utara, namun hal itu malah menjadi bumerang dan pemberontak menguasai tiga kota utama di Mali utara dalam waktu tiga hari saja.

Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari 2013 meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014