Klaten, Jawa Tengah (ANTARA) - Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK(K) mengatakan mengonsumsi air permukaan rentan memicu berbagai penyakit, mulai dari lambung hingga kanker.

"Air yang permukaan itu mudah untuk terkontaminasi. Jadi dulu yang paling kita kenal adalah diare. Tapi semakin ke sini penelitian menunjukkan bahwa pengaruhnya banyak sekali, mulai dari stunting, lalu juga risiko terhadap penyakit termasuk kanker," ujar Diana di Klaten, Jawa Tengah, Selasa.

Diana menjelaskan, air permukaan mudah terkontaminasi, sehingga apabila dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit serius. Air permukaan, kata dia, rentan terkontaminasi logam berat seperti timbal dan kadmium. Logam berat tersebut dapat meningkatkan risiko kanker.

Diana menyebut sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa kuman Helicobacter pylori, yang sering ditemukan pada penderita penyakit lambung kronis atau akut, lebih banyak dijumpai pada orang-orang yang mengonsumsi air tanah atau air sungai.

Baca juga: BPKN minta BPOM segera sosialisasi kebijakan pelabelan BPA

Air yang tidak sehat juga dapat menyebabkan stunting atau pertumbuhan anak yang terhambat.

Diana mengatakan studi yang dilakukan pihaknya menunjukkan bahwa konsumsi air berkualitas, seperti air kemasan galon, lebih baik dalam menjaga keseimbangan bakteri baik dan jahat di saluran cerna anak-anak dibandingkan dengan air dari sumur.

Anak-anak yang sering mengonsumsi air berkualitas cenderung memiliki kesehatan saluran cerna yang lebih baik, sehingga penyerapan makanannya lebih optimal.

"Kalau saluran cernanya tidak sehat, penyerapan makanannya kurang baik. Jadi dikasih makanan sebanyak apapun anak tersebut tidak tambah tinggi, itu yang terjadi," kata dia.

Sementara itu, Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana mengatakan bahwa air permukaan rentan terkontaminasi oleh berbagai aktivitas manusia seperti limbah dan septic tank, sehingga tidak layak untuk konsumsi.

Dia menyebut bahwa air berkualitas baik berasal dari sumber air di lapisan bawah yang menyerap mineral dari batuan yang dilaluinya selama puluhan hingga ratusan tahun.

"Maka yang baik adalah air yang di bawah. Yang di bawah itu akan terlindungi, ada satu lapisan yang melindungi ... Air itu mengalir bisa ratusan atau puluhan tahun. Selama itulah batuan itu memberikan mineral kepada air. jadi mineral itu larut, kimia itu larut di dalam air sehingga air itu mengandung mineral," kata dia.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa air yang berkualitas baik berasal dari air bawah permukaan yang berada di daerah gunung berapi atau vulkanik. Batuan vulkanik muda, yang terbentuk dari aktivitas gunung api, menyediakan air yang kaya mineral dan berkualitas baik.

"Gunung api itu kan dari batuan muda, tapi muda itu juga ratusan tahun. Maka yang kita cari adalah daerah vulkanik muda yang menghasilkan batuan batuan fresh tadi. Dia terjebak mengalir sekian lama, maka itulah air yang berkualitas baik," ucap pria yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia itu.

Baca juga: Aturan izin penggunaan air tanah menunjukkan hasil positif di Jakarta

Baca juga: Badan Geologi sebut ada peningkatan air tanah di Jakarta

Baca juga: Banyak kota terancam hilang jika krisis iklim tak ditangani

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024