Jakarta (ANTARA) - Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Priyanto Rohmatullah menyoroti empat sektor prioritas yang memerlukan perhatian lebih agar Indonesia dapat menekan emisi gas rumah kaca (GRK).

Keempat sektor tersebut yakni sektor energi, lahan, pertanian, dan limbah. Kebijakan pemerintah akan terus diarahkan untuk berfokus pada keempat sektor prioritas tersebut mengingat keempatnya sekaligus menjadi sektor penyumbang utama emisi gas rumah kaca.

“Ada empat hal yang memang kita targetkan, pertama di energi, kemudian juga di sektor lahan, kemudian berikutnya adalah di sektor pertanian ini juga saya kira sangat penting, Dan tentu saja limbah dan sampah ini, ini semua adalah sektor-sektor yang memang berpotensi atau berkontribusi besar di dalam emisi gas rumah kaca,” kata Priyanto dalam webinar bertajuk Perdagangan dan Bursa Karbon di Indonesia 2024 di Jakarta, Selasa.

Priyanto menjelaskan, kebijakan di masing-masing sektor diarahkan untuk mendukung pencapaian target emisi nol karbon (net zero emission/NZE). Misalnya, pada sektor pertanian, pertanian hijau (green farming) diharapkan mampu mengurangi dampak negatif terhadap gas rumah kaca.

Selain itu, peluncuran Peta Jalan & Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045 serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045 menjadi langkah lain Pemerintah guna menangani permasalahan sampah makanan (food waste).

Namun, dia mengakui bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target NZE.

Triple planetary crisis yang tengah melanda berbagai negara memberikan dampak negatif terhadap perubahan iklim.

Suhu bumi semakin panas dan hampir melampaui ambang batas 1,5 derajat Celcius. Di Indonesia sendiri, suhu meningkat sekitar 0,75 derajat Celcius. Perubahan curah hujan dan kenaikan muka air laut juga semakin mengkhawatirkan, mengakibatkan daerah pesisir terendam dan nelayan kesulitan melaut.

Kemudian, lanjut Priyanto, tantangan lain yang dihadapi seperti pengembangan metode pengukuran emisi yang lebih akurat dan upaya mengurangi food waste. Kendatipun hasil pemantauan menunjukkan tren positif, menurutnya upaya yang lebih konkret masih diperlukan.

“Ada banyak hal yang mesti kita kerjakan, seperti misalnya memang kita masih terus mengembangkan bagaimana pencapaian atau mengukur emisi yang lebih akurat. Ini yang kita kembangkan terus sehingga nanti diharapkan hasil dari pengukuran itu menjadi lebih akurat,” ucapnya.

Sebagai informasi, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan internasional. Pemerintah juga menetapkan target NZE di tahun 2060 mendatang.

Baca juga: Bappenas: Integrasi kebijakan penting guna atasi perubahan iklim
Baca juga: Bappenas: Pengendalian iklim mesti didukung pengukuran GRK yang akurat
Baca juga: Pemerintah: Subsidi pupuk organik antisipasi dampak perubahan iklim

 

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024