Chengdu (ANTARA) - Para arkeolog di lokasi Reruntuhan Sanxingdui yang legendaris berhasil menemukan situs pemrosesan artefak batu giok dan batu berusia lebih dari 3.400 tahun dan hal tersebut mengungkap sumber peninggalan budaya yang sebelumnya ditemukan di sana.
Terletak sekitar 1 kilometer di sebelah utara lubang-lubang pengorbanan yang telah ditemukan sebelumnya, penemuan terbaru ini menandai kemajuan signifikan dalam penggalian arkeologis di Sanxingdui, Provinsi Sichuan, China, demikian dikatakan lembaga penelitian peninggalan budaya dan arkeologi provinsi itu pada Selasa (23/7).
Lembaga itu juga menyampaikan bahwa para arkeolog awalnya telah mengidentifikasi situs ini sebagai bengkel pemrosesan giok dan batu.
Artefak-artefak yang baru ditemukan itu mencakup bahan baku giok dan batu, bahan limbah, serpihan, dan benda-benda batu dan giok yang sudah jadi, menunjukkan rantai industri kerajinan tangan yang relatif lengkap.
"Penemuan bengkel ini menyingkap beberapa misteri, seperti asal-usul bahan baku batu giok dan batu dalam jumlah besar yang pernah ditemukan di Sanxingdui, teknik yang digunakan dalam pembuatan kerajinan, proses produksinya, serta metode distribusi yang terlibat," ujar Ran Honglin, yang bertanggung jawab atas pekerjaan arkeologis di situs Reruntuhan Sanxingdui itu.
Sejak tahun 2022, lebih dari 400 lokasi telah diidentifikasi, termasuk fondasi bangunan tingkat tinggi, lubang abu, saluran abu, lokasi produksi dan pemrosesan artefak batu. Lebih dari 4.000 artefak, termasuk tembikar, batu giok, dan periuk, telah digali.
Hingga saat ini, lebih dari 60.000 peninggalan budaya telah digali di Sanxingdui. Museum Sanxingdui yang baru telah menarik lebih dari 5 juta pengunjung dari seluruh dunia sejak dibuka hampir setahun yang lalu.
Awalnya ditemukan pada akhir tahun 1920-an, Reruntuhan Sanxingdui dijuluki sebagai salah satu temuan arkeologi paling signifikan di dunia pada abad ke-20.
Terletak di kota Guanghan, sekitar 60 km dari ibu kota provinsi, Chengdu, reruntuhan seluas 12 km persegi ini diyakini sebagai sisa-sisa Kerajaan Shu yang berusia sekitar 3.000 hingga 4.500 tahun.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024