... yakni delapan anak dan 50 badak remaja dan dewasa... "
Pandeglang, Banten (ANTARA News) - Walau relatif bertambah, namun ini sangat serius dan bisa berakhir pada kepunahan jika tidak diambil langkah penyelamatan cepat dan konsisten, karena ada 58 badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Indonesia masih bisa bernafas lega dan diberi kesempatan menyelamatkan, karena badak jawa sudah punah sama sekali di Vietnam, salah satu habitat alami badak dengan sifat paling pemalu dan banyak menghabiskan waktunya di kubangan lumpur ini.
Badak jawa dan badak sumatera (Dicerrohinus sumatrensis), jauh lebih langka ketimbang orangutan di habitatnya. Badak dipercaya memiliki kekuatan dan khasiat penyembuhan penyakit manusia pada culanya, dan China serta Hong Kong, diketahui pasar utama perdagangan gelap organ tubuh satwa langka utama dunia.
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Muhamad Haryono, Rabu, menegaskan, "Dari hasil monitoring yang selama 2013 diketahui jumlah badak jawa di TNUK 58 badak, yakni delapan anak dan 50 badak remaja dan dewasa."
Menurut dia, dari delapan anak badak jawa itu, tiga di antaranya betina dan lima pejantan. Sedangkan dari 50 badak jawa remaja dan dewasa, sebanyak 20 betina dan 30 pejantan.
Haryono juga menyatakan, teknik monitoring untuk mengetahui populasi badak jawa, yakni dengan memasang kamera video di semenanjung kawasan TNUK.
"Sebanyak 120 unit kamera video kami pasang pada batang pohon pada lokasi yang sering dilewati dan didatangi badak, seperti padang pengembalaan dan kubangan," paparnya.
Kamera video yang dipasang, kata dia, sudah didesain sedemikian rupa sehingga bisa berfungsi pada kegelapan malam, dan dilengkapi sensor gerak; dia akan otomatis aktif jika menangkap gelombang gerakan mahluk hidup.
Monitoring, kata dia, dilaksanakan pada priode Maret-Desember 2013, dan setiap bulan tim datang untuk mengambil kartu memori, dan mengganti baterai kamera.
"Selama 10 bulan pemasangan kamera itu, kami dapatkan 16.000 klip, namun klip badak jawa hanya 1.660 dan hanya 1.388 klip yang dapat diindentifikasi, sisanya 272 klip tak bisa diintentifikasi," ungkapnya.
Klip badak yang yang bisa diitentifikasi, yakni yang berisi gambar hewan langka itu secara utuh, sedangkan yang tak utuh, seperti hanya kakinya saja atau ekornya saja tidak bisa diidentifikasi.
Gambar yang didapat dari kamera, kata dia, kemudian diindentifikasi untuk membedakan setiap individu dari badak itu.
Proses identifikasi, lanjut dia, menggukana delapan parameter kunci pada morfologi badak jawa, yakni ukuran bentuk dan posisi cula, kerut kulit di sekitar mata, kerut wajah, lipatan leher, posisi dan bentuk telinga, cacat atau luka dan warna kulit.
"Setiap individu badak memiliki perbedaan pada morfologinya itu, terutama kerutan kulit sekitar mata yang bagaikan sidik jari pada manusian, jadi tidak akan pernah sama," tuturnya.
Menurut dia, dari proses tersebut maka data populasi badak sebanyak 58 badak, atau bertambah dibandingkan hasil monitoring 2012 sebanyak 51 badak, cukup valid.
"Untuk saat ini, dengan teknologi yang ada maka bisa saya katakan hasil monitoring itu cukup valid," kata dia.
Pewarta: Sambas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014