Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Teknologi Nuklir (ORTN) BRIN bersama Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memperkuat kapasitas instrumen dan aplikasi nuklir di Indonesia melalui Project RAS 1026.

"IAEA telah memberikan hibah peralatan deteksi radiasi, training kit, modul field programmable gate array (FPGA), perangkat lunak, pelatihan, serta pendanaan fellowship yang sangat bermanfaat untuk pengembangan kompetensi SDM maupun melengkapi peralatan litbang terkait teknologi nuklir," kata Kepala Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir Abu Khalid Rifai melalui keterangan di Jakarta, Selasa.

Rifai menjelaskan Project RAS 1026 merupakan proyek yang dilakukan oleh sejumlah negara bekerja sama dengan IAEA, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Pakistan, Syria, Iran, dan Yordania sejak 2020 hingga 2024 ini.

Untuk itu, seluruh negara anggota proyek tersebut belum lama ini telah mengadakan pertemuan koordinasi guna melaporkan kepada IAEA tentang kegiatan yang telah dilakukan.

"Negara yang menjadi anggota pada project ini mendapatkan bantuan berupa instrumen nuklir dengan teknologi terkini. Setelah mendapatkan instrumen nuklir yang baru, masing-masing negara bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikannya," jelasnya.

Setiap instrumen nuklir yang didapatkan, jelas Rifai, masing-masing negara diharapkan dapat menguasainya dan membuat sebuah panduan sendiri untuk mengatasi masalah yang terjadi.

"Setiap negara kemudian melaporkan dan mengumpulkan panduan yang telah dibuat dalam sebuah database. Nantinya, panduan tersebut akan digunakan bersama-sama oleh semua negara yang membutuhkan," lanjutnya.

Adapun Project RAS 1206 yang dilakukan oleh seluruh negara anggota tersebut, ungkap Rifai, membuahkan sebanyak 2.000 panduan yang telah dikumpulkan.

"IAEA juga bekerja sama dengan penyedia alat instrumen dan dibantu dalam memperbarui panduan dari instrumen nuklir yang sudah ada. Setiap negara yang terlibat wajib untuk saling berkoordinasi dan berkolaborasi apabila di kemudian hari terjadi permasalahan terhadap instrumen yang telah dihibahkan," ucapnya.

Untuk diketahui, pada tahun 2020 IAEA meluncurkan Regional Technical Cooperation Project RAS 1026 dengan judul “Strengthening Nuclear Instrumentation Capacity in the Areas of Nuclear Sciences and Applications” yang melibatkan beberapa negara di Kawasan Asia, dan pada proyek tersebut Indonesia ditunjuk sebagai Designated Team Member (DTM).

Latar belakang dari pertemuan yang diselenggarakan empat hari ini adalah untuk meningkatkan kapasitas instrumentasi nuklir di sejumlah elemen di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Kapasitas yang dimaksud mencakup pengetahuan dan pengetahuan praktis untuk pengoperasian, pemeliharaan, peningkatan, dan pengembangan instrumentasi baru.

Baca juga: BRIN-IAEA kembangkan teknologi daur ulang limbah plastik dengan nuklir

Baca juga: BRIN-Monash University Australia jajaki kerja sama riset dan inovasi

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024