Semarang (ANTARA News) - Pemerintah perlu memberikan subsidi terhadap biaya produksi buku agar harga buku menjadi lebih murah, kata artis yang juga Duta Baca Indonesia 2006, Tantowi Yahya. "Untuk mengantisipasi tingginya harga buku, mungkin tidak berlebihan kalau dipikirkan untuk pemberian subsidi buku, seperti harga BBM yang dulu sempat disubsidi," katanya di Semarang, Selasa. Ia mengatakan hal tersebut, usai pembukaan seminar tentang "Pengembangan Minat Baca dan Pemberdayaan Perpustakaan" yang diselenggarakan Kantor Perpustakaan Daerah (Perpusda) Jateng. Lebih lanjut Tantowi mengatakan, harga buku mahal berkaitan dengan biaya produksi, terutama kertas yang membuat buku mahal. Selain itu, katanya, ada kecenderungan masyarakat Indonesia bahwa buku itu harus menggunakan kertas yang bagus, berwarna, dan dilaminating sehingga membuat harganya bertambah mahal. Menurut dia, di India harga buku bisa ditekan sedemikian rendah karena di sana tidak melihat faktor kosmetik itu penting, yang penting isinya, sehingga buku-buku yang diterbitkan di luar negeri misalnya Eropa maupun Amerika ketika diterbitkan di India harganya menjadi sangat murah karena memakai kertas yang sangat murah. "Buku di Indonesia, masalahnya kalau tidak dicetak di kertas yang bagus agak susah peminatnya," katanya. Tantowi mengatakan, selain pemberian subsidi harus ada "political will" dari pemerintah untuk memberantas pembajakan, karena pembajakan buku ini sama parahnya dengan pembajakan kaset maupun CD. "Hal itu yang membuat para penulis enggan untuk menulis dan sulit kita untuk mendapatkan generasi penerus dari para penulis, karena penulis di Indonesia bukan merupakan profesi yang menjanjikan. Selain royalty-nya kecil, kemudian hasil karyanya banyak dibajak," katanya. Pada kesempatan ini ia mengingatkan, budaya membaca harus dibentuk, dan ada konsorsium keluarga yang dibutuhkan seluruh komponen keluarga khususnya ibu untuk meningkatkan minat baca anak.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006