Hingga saat ini, Simbara telah berhasil menyelaraskan 10 sistem independen yang tadinya tersebar di enam kementerian/lembaga (K/L) dan memberikan beberapa dampak positif,
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan Sistem Informasi Pengelolaan Batu Bara (Simbara) telah berkontribusi sebesar Rp7,1 triliun kepada penerimaan negara sejak diluncurkan pada 2022.
 

“Simbara secara khusus kami laporkan telah memberikan capaian langsung dan signifikan untuk penerimaan negara,” kata Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata dalam Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Simbara di kantor Kementerian Keuangan di Jakarta, Senin.

Dia merinci setoran itu diperoleh dari tiga hal, yaitu pencegahan atas modus penambangan ilegal (illegal mining) senilai Rp3,47 triliun, data analitik dan profil risiko (risk profiling) pelaku usaha Rp2,53 triliun, serta penyelesaian piutang dari hasil penerapan automatic blocking system (ABS) senilai Rp1,1 triliun.

“Hingga saat ini, Simbara telah berhasil menyelaraskan 10 sistem independen yang tadinya tersebar di enam kementerian/lembaga (K/L) dan memberikan beberapa dampak positif,” ujar dia.

Menyambung pernyataan Isa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan koordinasi K/L melalui Simbara mampu menjaga kewibawaan negara lantaran berhasil menerapkan penegakan dan kepatuhan di kalangan pelaku usaha.

“Dengan sistem ini, kita bekerja rapi, konsisten, tegas, dan berwibawa tanpa menyusahkan perusahaan, karena mereka sudah tahu hak dan kewajiban mereka,” tutur Menkeu.

Keberhasilan Simbara mendorong Pemerintah untuk memperluas implementasi ke sektor nikel dan timah. Kedua sektor ini dipilih menimbang posisi Indonesia di tingkat internasional.

Kemenkeu mencatat cadangan nikel Indonesia mencakup 24 persen dari total cadangan dunia dengan total cadangan 21 juta ton.

Sementara volume produksi nikel mencapai 1,8 juta metrik ton pada 2023, menempati peringkat pertama di dunia dengan andil sebesar 50 persen dari total produksi nikel global.

Sedangkan cadangan timah menempati peringkat kedua dengan jumlah 800 ribu ton, setara dengan 23 persen dari cadangan dunia.

Adapun produksinya tercatat sebesar 78 ribu ton, menempati peringkat kedua dunia dengan kontribusi mencapai 22 persen.

“Kita tahu bahwa barang-barang mineral di Indonesia sekarang memiliki posisi luar biasa vital di dalam konstelasi geopolitik dunia, sehingga kalau Indonesia mampu dan terus berpikir untuk mengorganisasi dengan baik, diharapkan akan memberikan dampak yang maksimal seperti amanat Undang-Undang, yaitu memberikan manfaat sebesar-besarnya terhadap kemakmuran rakyat,” jelas Sri Mulyani.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024