sampah plastik yang masuk mencapai 30 persen dari volume sampah setiap hari
Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengusulkan, tambahan alat pencetak batako dari limbah plastik di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya, untuk memaksimalkan produksi.

Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Senin, mengatakan, mesin pencetak batako yang ada saat ini baru dua unit, sehingga idealnya ada tambahan empat unit lagi.

"Alasannya, karena volume sampah plastik yang masuk mencapai 30 persen dari volume sampah setiap hari," katanya.

Data DLH Kota Mataram menyebutkan, volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.

Sementara di TPST modern Sandubaya setiap hari mengolah sampah sekitar 46 ton dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara.

Baca juga: DLH Mataram berhasil cetak 1.000 lebih batako dari limbah plastik
Baca juga: DLH Rejang Lebong rencanakan pendirian industri batako berbahan sampah


Dia mengatakan, penambahan mesin pencetak batako itu juga sebagai antisipasi ketika ada kendala seperti kerusakan mesin tersebut.

Seperti yang terjadi dua pekan lalu, mesin pencetak batako tidak bisa beroperasi selama satu minggu, karena terjadi kemacetan pada mesin pelelehan plastik.

Kondisi itu disebabkan adanya besi yang ikut masuk ke proses pelelehan sampah plastik. "Alhamdulillah, sekarang sudah bisa beroperasi lagi," katanya.

Tapi, lanjutnya, akibat kerusakan mesin tersebut produksi sampah plastik di kotak penampungan limbah plastik dengan kapasitas delapan ton melampaui kapasitasnya.

"Jadi waktu itu, sampah plastik kita sempat diambil pengelola Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat," katanya.

Terkait dengan itu, ke depan diharapkan ada tambahan untuk mesin pencetak batako dari limbah plastik atau kantong kresek yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis.

Menurutnya, dengan dua mesin pencetak yang dimiliki saat ini produksi batako dari limbah plastik mencapai 200 keping per hari.

"Pagi kita cetak 100, kemudian siang setelah mesin diistirahatkan kembali dicetak 100 keping," katanya.

Jumlah produksi batako dari limbah plastik di TPST modern Sandubaya saat ini sudah mencapai sekitar 6.000 keping dari mulai uji coba pada 3 Juni 2024.

"Dari awal uji coba sehari kita mampu mencetak 10, 20, 30 keping, sekarang kita sudah bisa cetak 200 keping per hari," katanya.

Baca juga: Wagub NTB: Pabrik daur ulang sampah plastik beroperasi Juni 2023
Baca juga: Pabrik block solutions jadi solusi daur ulang sampah plastik NTB


Ia mengatakan, batako hasil cetakan selama uji coba TPST modern tersebut akan dipasang pada areal TPST Sandubaya di bagian bawah yang belum ditata.

"Harapannya saat peresmian TPST modern ke depan, areal TPST sudah tertata rapi," katanya.

Menyinggung tentang kualitas, Vidi mengakui batako dari limbah sampah plastik ini memiliki kualitas baik dan tidak meleleh ketika terkena api seperti puntung rokok, atau percikan api, sebab plastik sudah mati.

"Tapi kalau kena api lama, tentu meleleh. Jangankan plastik, besi saja jika kena api lama pasti meleleh," katanya.

Baca juga: Petugas Oranye Jaktim rintis produksi sampah sungai menjadi batako
Baca juga: Yogyakarta akan olah sampah menjadi batako

 

Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024